Tabel di bawah ini memperlihatkan tipologi konflik agraria di Desa Wadas.
No. Tipologi Konflik Kecenderungan Konflik Agraria Wadas 1. Penyebab konflik – Tujuan yang berbeda (incompatible objective) antara pemerintah dan masyarakat Wadas.
– Dominasi negara terhadap warga Desa Wadas.
– Eksploitasi tambang batuan andesit di Desa Wadas yang ditolak oleh warga desa.2. Jenis konflik Konflik permukaan. 3. Keterlibatan Aktor – Aktor powerful: Pemerintah Pusat, Gubernur Jawa Tengah, aparat pemerintah Jawa Tengah, aparat kepolisian.
– Aktor powerles: masyarakat Desa Wadas yang menolak tambang batuan andesit.4. Jejaring Aktor – Aktor powerful mempunyai alat-alat kekuasaan untuk memaksakan hadirnya tambang batuan andesit di Desa Wadas.
– Aktor powerles/masyarakat didukung oleh jejaring terbatas. Namun, media sosial membantu jejaringan dukungan kepada masyarakat Desa Wadas yang menolak tambang.5. Kerumitan penyelesaiaan konflik Konflik agraria Desa Wadas cenderung lebih mudah untuk diselesaikan.
Penyelesaiaan Konflik Agraria Wadas
Penyelesaiaan konflik agraria Wadas tidaklah terlalu sulit untuk dilakukan, karena penyebab dan bentuk konflik agraria cenderung mudah diuraikan. Berbeda misalnya jika konflik disebabkan oleh adanya perbedaan nilai dan perjuangan kelas dalam masyarakat yang sangat rumit. Apalagi bentuk konfliknya terbuka dan mengakar mendalam. Untuk memudahkan analisis, penyelesaian konflik agraria Wadas bisa menggunakan konsep yang dikembangkan Fisher (2000) tentang kerangka penyelesaain konflik sosial dan konflik agraria dalam masyarakat, dalam tabel di bawah ini.
No. | Model Penyelesaian Konflik | Penyelesaian Konflik Agraria Wadas |
1. | Pencegahan konflik, bertujuan untuk mencegah timbulnya konflik yang lebih keras. | Pemerintah perlu mengurangi potensi terjadinya konflik yang lebih keras di Wadas dengan cara menghindari pendekatan keamanan dalam penanganan konflik. Membangun dialog yang partisipatif adalah pilihan terbaik untuk memperkuat kesepahaman tentang masalah yang dihadapi bersama di Wadas. Di sisi lain, pemerintah sebaiknya juga tidak membagun konflik baru di dalam masyarakat Wadas antara mereka yang setuju menjual tanahnya untuk tambang dengan mereka yang tidak setuju. Konflik baru ini akan melahirkan perpecahan dalam masyarakat yang akan berdampak buruk secara sosial untuk jangka panjang. |
2. | Penyelesaian konflik, bertujuan untuk mengakhiri prilaku kekerasan melalui suatu persetujuan perdamaian. | |
3. | Pengelolaan konflik, bertujuan untuk membatasi dan menghindari kekerasan dengan mendorong perubahan prilaku yang positif bagi pihak-pihak yang terlibat dalam konflik. | |
4. | Resolusi konflik, menangani sebab-sebab konflik dan berusaha membangun hubungan baru yang bisa bertahan lama diantara kelompok-kelompok yang berkonflik. | Konflik agraria di Desa Wadas bukahlah konflik rumit, karena bentuk konflik Wadas adalah konflik permukaan dan tidak mengakar dalam. Karena itu, penyelesaiaan konflik Wadas sangat mudah: 1. Pemerintah membatalkan rencana eksploitasi tambang batuan andesit di Desa Wadas. 2. Pemerintah mencari sumber batuan andesit alternatif untuk pembangunan Bendungan Bener di Purworejo. |
5. | Transformasi konflik, mengatasi sumber-sumber konflik sosial dan politik yang lebih luas dan berusaha mengubah kekuatan negatif dari konflik menjadi kekuatan sosial yang positif. |
Karena penyelesaiaan konflik Wadas sebenarnya mudah, maka yang dibutuhkan saat ini adalah (1) kemauan pemerintah untuk menarik diri dari Desa Wadas, (2) menghentikan perizinan eksploitasi batuan andesit di Wadas, dan (3) mencari alternatif sumber batuan andesit untuk pembangunan Bendungan Bener di Purworejo.
Kuncinya ada di tangan Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah yang mengeluarkan izin pengadaan lahan untuk tambang batuan andesit. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa pemerintah begitu ngotot untuk melanjutkan penambang batuan andesit di Wadas. Apakah ada kepentingan lain yang lebih besar? Entahlah! [rif]