Scroll untuk baca artikel
Blog

Waspada Kisruh Penularan Dampak Covid-19 ke Sektor Keuangan

Redaksi
×

Waspada Kisruh Penularan Dampak Covid-19 ke Sektor Keuangan

Sebarkan artikel ini

Khususnya dana pihak ketiga dari tabungan, alias nasabah. Kalau nasabah mencium gelagat akan ada masalah dengan banknya, maka mereka paling dulu akan menyelamatkan uangnya. Memicu bank run dan bank panic, yaitu penarikan dana tabungan secara besar-besaran. OJK (Otoritas Jasa Keuangan) bisa memeriksa apakah sudah ada tanda awal di daerah, khususnya BPR (Bank Perkreditan rakyat).

Bank Indonesia (BI) dan OJK harus segera antisipasi agar permasalahan ini tidak meluas dan dapat segera diatas. Artinya, kalau sektor keuangan perlu dibantu, di-bailout, bagaimana mekanismenya? Apakah akan seperti kasus Bank Century?

Karena di dalam Undang-undang No 23 Tahun 1999 (dan perubahannya), BI tidak lagi memberi dana talangan kepada Bank secara langsung. Artinya, pemerintah yang harus menanggungnya, dibebankan ke APBN, seperti terjadi pada kasus Century. Sanggupkah pemerintah menanggung beban tersebut?

Total pinjaman yang diberikan sektor perbankan per akhir 2019 mencapai Rp 5.680 triliun, dan perusahaan leasing sekitar Rp 450 triliun. Dengan kondisi Covid-19 belum mereda, bahkan semakin parah, dan karantina wilayah menjadi pilihan utama, kredit macet bisa mencapai Rp 1.500 triliun, atau 25 persen dari portfolio kredit. Ini jumlah yang cukup konservatif.

Artinya, jumlah tersebut bisa bertambah. Kalau skenario ini terjadi, sektor keuangan akan kesulitan memenuhi kewajibannya. Kalau dana talangan harus diberikan sebesar itu, pemerintah akan sulit menanggung beban tersebut di APBN. Belum lagi beban-beban lainnya yang juga sangat penting untuk stimulus ekonomi, menanggung beban hidup masyarakat, serta dana penanggulangan Covid-19.

Dampak lumpuhnya sektor keuangan akan berimbas juga ke pendanaan APBN. Sektor keuangan tidak bisa lagi membeli Surat Berharga Negara (SBN). Sebaliknya, APBN malah harus menanggung kewajiban mereka kalau harus terjadi bailout. Oleh karena itu, pemerintah, BI dan OJK harus segera mengantisipasi dan mencari solusinya. Tidak boleh gagal, karena harga yang harus dibayar sangat mahal sekali.