Ya, tapi mereka cengengesan, mereka akan katawa-ketiwi. Bagaimana mungkin seperti yang mereka bilang, politik mesti dihadapi dengan kebahagiaan.
Itu karena mereka masih sangat muda, mereka mau menjalani hidup di masanya. Mereka tidak mau seperti para orang tua yang menghadapi hidup dengan masa tua dan trauma sejarah kematian yang memang hanya milik para orang tua.
Hidup mereka masih panjang, dan mereka mau menikmati hari-harinya yang penuh bunga dan embun di pagi hari.
Celakanya, para dhalang itu berpihak pada Kresna. Mereka tetap menahbiskan, Wisanggeni tidak akan ikut terjun di medan perang Bharatayudha. Sebab bagi mereka Bharatayuda adalah dunia wayang yang sesungguhnya. Bukan sekadar jagad pakeliran dengan bayang-bayang manusia.
Jagad wayang adalah Bharatayudha yang ditunggu, dinanti pertarungan antara saudara sendiri. Semar rakyat pun termenung, hanya ada satu cara mengubah carangan wayang, agar wayang menjadi dunia anak muda.
Ialah dengan menampilkan dhalang muda yang berpihak pada kemudaan dan kesatriaan bahagia penuh canda politik Sang Wisanggeni.
Mungkinkah..?. [Eko Tunas)