Scroll untuk baca artikel
Khazanah

17 Ciri Bidadari Surga Menurut Kitab Safwat al-Tafasir, Perlu Kamu Ketahui

×

17 Ciri Bidadari Surga Menurut Kitab Safwat al-Tafasir, Perlu Kamu Ketahui

Sebarkan artikel ini
Ciri Bidadari Surga
Ilustrasi/Pexels.com

13. Kecantikannya dan kesuciannya tidak ada yang menyamai

Bidadari di surga memiliki kecantikan dan keelokan tiada tara, kebeningan yang sangat, demikian pula seperti mutiara yang tersimpan, kesuciannya yang belum pernah tersentuh.

Muhammad Ali Al-Sabuni mengutip hadis Ummu Salamah yang menggambarkan bahwa kejernihan hūrun ‘īn ibarat mutiara yang tersimpan di tengah lautan yang belum pernah tersentuh oleh tangan.

14. Memiliki fisik yang sempurna

Bidadari di surga memiliki bentuk fisik yang paling sempurna, yang ditunjukkan dengan gairah yang tinggi dari keperawanannya. Serta bentuk payudara yang menyembul keluar.

Muhammad Ali Al-Sabuni memperkuat tafsīrnya ini dengan mengutip al-Tashil, bahwa kata al-kawā’ib merupakan bentuk jamak dari ka’ib yang memiliki arti dasar gadis perawan yang menonjol (keluar tegak) bentuk payudaranya.

15. Usianya sama dengan suaminya

Sebagaimana dijelaskan pada poin sebelumnya (poin l) bahwa usia bidadari di surga setara dengan pasangannya. Tidak lebih dan tidak kurang.

16. Selalu bersenang-senang dengan suaminya

Dijelaskan oleh Muhammad Ali Al-Sabuni bahwa orang-orang beriman akan masuk ke surga bersama pasangan-pasangan wanitanya (istrinya) yang beriman. Kemudian di dalam surga mereka menikmati, bersenang-senang (istisrār). Sehingga kebahagiaan itu memancar dari wajah-wajah mereka.

Sifat ini –sebagaimana diberikan tafsīrnya oleh Muhammad Ali Al-Sabuni mengarah pada dua hal; bahwa bidadari dalam ayat ini adalah bidadari yang berasal dari wanita mukmin di dunia, yang bersama suaminya yang beriman bersama-sama masuk surga.

Dan di dalam surga, mereka bersenang-senang sebagai suami istri, di mana kata tuh}barūn, bermakna istimtā’ (hubungan badan).

17. Keanggunan yang sempurna

Bidadari di surga, baik yang dari wanita mukminah di dunia, maupun yang khusus diciptakan di surga, semuanya memiliki keanggunan yang tiada tara, (sehingga digelari hūrun‘īn).

Sebagai deskripsi puncak tentang sosok yang rupawan dan dipenuhi segala kesempurnaan, demi memenuhi kebahagiaan para penghuni surga. Kembali lagi di sini ditekankan oleh Muhammad Ali Al-Sabuni, bahwa julukan hūrun ‘īn adalah bersifat netral kelamin. []