Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Revolusi Mental, Belajar 3 Kedudukan Akhlak di Pesantren

Redaksi
×

Revolusi Mental, Belajar 3 Kedudukan Akhlak di Pesantren

Sebarkan artikel ini
2. Akhlak sebagai sarana memperoleh ilmu manfaat

Al Ghazali dalam karyanya Ihya Ulumuddin menyampaikan bahwa orang yang mempunyai ilmu itu derajatnya lebih tinggi dari pada orang yang tidak berilmu. Jadi ilmu sangat penting untuk manusia.

Sebagaimana hadits:

طلب العلم فريضة على كل مسلم

Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap pribadi muslim

Begitupun juga terkait pentingnya ilmu, terutama ilmu yang bermanfaat. Sebagaimana dinukil dari kitab Ta’limul Muta’alim menjelaskan bahwa seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan gurunya. Ada dikatakan: “Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, manusia tidak menjadi kafir lantaran maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran “tidak” mengagungkan Allah”.

Kesuksesan seseorang dalam menuntut ilmu adalah dengan menghormati gurunya. Sedemikian besar pengaruh akhlak terhadap keberhasilan seseorang untuk dapat memperoleh ilmu yang manfat.

Ibnu Hajar Al- Asqalani menguraikan cara mendapat ilmu manfaat, menurutnya ada 3 syarat untuk mencapai ilmu manfaat, 1) tidak cinta dunia, karena dari sini keserakahan akan muncul, 2) tidak berteman dengan orang jahat, karena persahabatannya itu, ia akan sulit menolak untuk diajak berbuat jahat bahkan akan tergantung olehnya, 3) tidak menyakiti orang lain, karena dari itu menunjukkan kalau ia berhati kotor dan berakhlak buruk.

3. Akhlak sebagai amalan utama

Pembelajaran di Pondok Pesantren yang menjadi tekanan pada pencapaian akhlak. Dalam kitab Riyad Al-Salihin disebutkan:

Yang paling sempurna imannya adalah orang mukmin yang paling bagus akhalknya dan sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya”.

Sebagaimana juga pandangan Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulum Al-Din:

Al-Fadl berkata, disampaikan para rasul bahwa seorang wanita berpuasa pada siang hari dan shalat di malam hari, tetapi tidak baik perangainya. Ia menyakiti tetangganya dengan ucapan-ucapan. Rasul bersabda,“tidak ada kebaikan baginya”. Ia termasuk ahli neraka.” (Luk)