Sebuah studi Aviva juga menunjukkan, sejak pandemi, orang lebih fokus pada keseimbangan kehidupan kerja daripada gaji.
Namun, tiap generasi tampaknya memiliki pandangannya sendiri tentang keseimbangan kerja. Bagi baby boomers misalnya, mencari pekerjaan yang layak dan mencari nafkah merupakan tugas yang menantang. Sehingga, mereka menghargai setiap kesempatan kerja dan menginginkan stabilitas di tempat kerja.
Bagi mereka, keseimbangan kehidupan kerja bukan prioritas utama. Mereka juga cenderung bertahan lebih lama di perusahaan ketimbang generasi selanjutnya. Mengingat fakta ini, 80 persen Baby Boomers memiliki tingkat stres sedang hingga tinggi.
Sedangkan, Gen X melihat orang tua mereka dari generasi Baby Boomers bekerja terlalu banyak dengan sedikitnya keseimbangan kehidupan kerja justru work-life balance menjadi syarat wajib saat mencari pekerjaan.
Berbeda dengan dua generasi tersebut, generasi Milenial ingin ruang kerja menjadi tempat bersenang-senang di sela tugas. Namun, fasilitas ini tidak selalu menjadi elemen penting bagi mereka. Sebaliknya, kekhawatiran terbesar generasi ini adalah mengidentifikasi jalur karir paling cocok yang akan sejalan dengan gaya hidup mereka. generasi Milenial juga menginginkan kesempatan untuk belajar dan tumbuh di antara prioritas selama mencari pekerjaan. Ini aspek agar mereka bertahan lebih lama di perusahaan.
Aspek penting dari keseimbangan kehidupan kerja ialah jumlah waktu yang dihabiskan seseorang di tempat kerja. Bukti menunjukkan, jam kerja berlebihan dapat mengganggu kesehatan, membahayakan keselamatan, dan meningkatkan stres.
Pekerjaan memainkan peran penting dalam semua aspek kehidupan. Penghasilan memastikan lampu tetap menyala, ada makanan di atas meja, dan kemampuan membayar sewa. Dengan krisis biaya hidup yang menjulang, tidak ada yang meremehkan penghasilan. Itu membuat keinginan keseimbangan kehidupan kerja sedikit lebih sulit.
Banyak orang menganggap, bekerja keras dapat menjadi kaya. Namun, data Amerisleep, AS satu-satunya contoh negara paling kerja keras yang menghasilkan lebih banyak kekayaan.
Meksiko berada di urutan pertama sebagai negara paling pekerja keras di dunia, namun berada di posisi ke 15 dalam hal peringkat PDB. Di urutan kedua paling pekerja keras, Seychelles justru berada di urutan ke 192 soal PDB.
Ketika kita senang dengan kehidupan kerja, maka produktivitas dan kinerja akan ikut berkembang. Namun demikian, tidak semua orang dapat memiliki keseimbangan kehidupan kerja. Profesi dokter, ilmuwan, dan lainnya yang menuntut mereka bekerja lebih panjang tidak bisa menuntut ini.