Scroll untuk baca artikel
Edukasi

7 Peran Teknologi dalam Pembelajaran Berdiferensiasi di Era Kurikulum Merdeka

×

7 Peran Teknologi dalam Pembelajaran Berdiferensiasi di Era Kurikulum Merdeka

Sebarkan artikel ini
pembelajaran berdiferensiasi
Ilustrasi/Barisan.co

Siswa diberi kebebasan untuk mengeksplorasi minat mereka melalui proyek kreatif, seperti pembuatan video, blog, atau konten digital lainnya.

Aktivitas ini tidak hanya membantu pemahaman konsep, tetapi juga membangun keterampilan penting abad ke-21, seperti literasi digital, kolaborasi, dan komunikasi.

  1. Memfasilitasi Pembelajaran Mandiri dan Penumbuhan Rasa Ingin Tahu

Teknologi mendorong pembelajaran mandiri di mana siswa dapat mencari tahu lebih dalam tentang topik yang diminati.

Dengan Kurikulum Merdeka yang lebih fleksibel, siswa dapat merancang proyek pembelajaran sesuai minat pribadi, sehingga meningkatkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar.

Platform seperti Google dan YouTube menyediakan banyak informasi yang mudah diakses dan memungkinkan siswa belajar mandiri.

Tantangan dan Solusi dalam Penggunaan Teknologi

Penerapan teknologi dalam pembelajaran berdiferensiasi di era kurikulum Merdeka menawarkan banyak manfaat, namun juga menghadapi berbagai tantangan.

Salah satu tantangan utama adalah aksesibilitas teknologi. Banyak siswa, terutama di daerah terpencil, masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan perangkat atau akses internet yang memadai.

Situasi ini mengakibatkan ketimpangan dalam kesempatan belajar, di mana siswa yang memiliki akses lebih baik mungkin mendapatkan manfaat lebih dibandingkan dengan yang tidak.

Oleh karena itu, menciptakan solusi yang menjamin aksesibilitas untuk semua siswa menjadi krusial.

Selanjutnya, pelatihan guru yang terbatas adalah tantangan lainnya yang dihadapi. Tidak semua guru merasa siap untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam metode pengajaran mereka.

Ketidakpastian dengan penggunaan alat digital dan platform pembelajaran online sering kali menghambat mereka dalam menerapkan strategi pembelajaran yang efektif.

Untuk menangani hal ini, program pelatihan profesional yang berkelanjutan harus dikembangkan, yang fokus pada cara menggunakan teknologi secara inovatif dan efektif dalam pembelajaran.

Resistensi terhadap perubahan juga merupakan tantangan signifikan yang harus diatasi. Beberapa tenaga pengajar mungkin merasa nyaman dengan metode tradisional dan ragu untuk memanfaatkan teknologi baru.

Untuk menjawab resistensi ini, penting untuk melibatkan semua pemangku kepentingan, termasuk orang tua dan penyedia teknologi, dalam proses perubahan.

Kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan penyedia teknologi dapat menciptakan lingkungan yang lebih mendukung untuk penerapan teknologi dan strategi pembelajaran baru.

Dengan mengidentifikasi tantangan ini dan mengembangkan solusi yang tepat, kita dapat memfasilitasi integrasi teknologi yang lebih baik dalam pembelajaran berdiferensiasi, mendukung mencapai tujuan merdeka belajar di pendidikan Indonesia. []