Scroll untuk baca artikel
Terkini

Dokter di India Menghadapi Dilema

Redaksi
×

Dokter di India Menghadapi Dilema

Sebarkan artikel ini

BARISAN.COLonjakan Covid-19 di India menyebabkan jumlah kasus yang tak terkendali, kekurangan oksigen, rumah sakit serta krematorium kewalahan. Kini, dokter di India pun dihadapkan oleh situasi keterpaksaan dalam memutuskan siapa yang hidup dan mati.

Rohan Aggarwal (26), merupakan dokter di salah satu rumah sakit terbaik di India. Ia mengalami dilema karena harus memutuskan pasien mana yang akan diselamatkan di saat para anggota keluarga dengan wajah sendu memohon belas kasihan kepadanya.

Keterbatasan tempat tidur dan ventilator membuat semua orang mengantre di gerbang depan rumah sakit dengan harapan akan tetap bertahan.

Hidup dan mati seharusnya berada di tangan Tuhan, Aggarwal menyadari itu. “Kami tidak diciptakan untuk itu. Kami hanya manusia. Akan tetapi untuk saat ini, kami dibuat untuk melakukannya,” kata Rohan Aggarwal, dilansir dari Reuters.

Dalam laporan Reuters, rumah sakit kewalahan selama gelombang mengerikan terjadi di India. Di New Delhi, dari 5.000 ribu lebih tempat tidur ICU Covid-19, kurang dari 20 tempat tidur yang tersedia dalam satu waktu. Para pasien tak jarang meninggal di jalan atau di rumah lantaran tak memiliki akses menuju truk-truk pengangkut oksigen yang stoknya amat sedikit itu.

Ruang ICU semakin sempit. Pasien serta kerabat memenuhi setiap ruangan yang ada. Tidak ada yang menggunakan Alat Pelindung Diri, hanya masker kain. Dokter dan perawat juga berhenti memakai APD karena terlalu sulit untuk bekerja.

Situasi begitu kacau. Reuters menggambarkan kondisi rumah sakit di India begitu mencekam. Rumah sakit Holy Family dalam situasi normal berkapasitas untuk 275 pasien, kini 385 pasien. Tanda pengumuman di pasang di luar rumah sakit bahwa jumlah tempat tidur untuk pasien Covid baik umum maupun intensif selama berminggu-minggu belum tersedia.

Aggarwal memulai shift dengan mengelilingi bangsal Covid-19 umum bersama dengan seorang rekan seniornya. Mereka berdua bertanggungjawab atas 65 pasien. Tenggat waktu yang dimiliki hanya 3-4 menit untuk melihat keadaan masing-masing pasien sebelum keadaan darurat yang sering terjadi.

Rumah sakit tempat Aggarwal bekerja sebetulnya sudah memohon bantuan kepada politisi negara bagian dan federal untuk mengamankan oksigen melalui Twitter. Sekalipun staf media telah berupaya keras untuk memberikan pertolongan terbaiknya, namun tidak ada tempat bagi semua orang yang datang untuk dirawat.

Pengawas medis dan kepala ICU, Sumit Ray mengatakan para dokter dan perawat mengalami demoralisasi. “Mereka tahu mereka bisa melakukan lebih baik, tetapi mereka tidak memiliki banyak waktu.”