BARISAN.CO – Kabar Nagita Slavina menjadi duta Pekan Olah Raga Nasional (PON) XX yang akan dihelat di Papua menegaskan kurangnya pengakuan negara terhadap Orang Asli Papua (OAP). Terutama saat duta PON bukan perempuan asli Papua.
Saat ajang olahraga terbesar se-Indonesia itu diselenggarakan di suatu provinsi, sudah sepatutnya jika dutanya juga orang asli daerah tersebut yang memahami seluk-beluk wilayahnya. Namun kali ini, seperti pengucilan terhadap perempuan di tanahnya sendiri.
Pemilihan ini juga bisa menggores luka bagi OAP terutama perempuan yang tak diberi kesempatan untuk berbicara dan memperkenalkan daerahnya ke luar Papua.
OAP dikenal memiliki warna kulit gelap. Akan tetapi, duta PON tidak berwarna kulit gelap. Ini tak masuk di akal. Ini menghawatirkan terutama ketika banyak perempuan Indonesia yang terobsesi dengan warna kulit putih bercahaya.
Pemilihan ini justru menunjukkan Jakartasentris. Seakan peran vital ada di Jakarta, meskipun acara pertandingan olahraganya diadakan di Papua. Terlebih, masih banyak perempuan asli Papua yang layak menjadi duta PON.
Perempuan Asli Papua yang Membanggakan
Berada di wilayah Timur Indonesia, Papua memiliki berbagai pesona alam, budaya, dan sumber daya alam yang berharga, serta sumber daya manusianya yang begitu membanggakan. Dijuluki “Bumi Cendrawasih”, rasisme tak jarang dialami OAP. Namun tak berarti, perempuan asli Papua berkecil hati. Mereka berjuang untuk mengharumkan daerah asalnya.
Perempuan Papua memiliki warna kulit yang begitu eksotis sehingga menarik untuk dilihat. Sebut saja, Olvah Alhamid yang menjadi runner-up 3 di ajang Puteri Indonesia 2015. Perempuan yang fasih berbahasa Inggris, Spanyol, dan Belanda itu menjadi utusan Indonesia dalam kontes Miss Eco Universe 2016 dan menembus 16 besar. Olvah juga mendapatkan penghargaan Best National Costume bertemakan Bird of Paradise karya Olanye, Miss Digital, serta Miss Cooking Challenge.
Leldy Hurlin Rumbiak dinobatkan sebagai ratu kencantikan Indonesia mewakili Papua Barat tahun 2017. Leldy juga sempat mengukir prestasinya melalui program Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADik) DI Papua dan berhasil melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi Universitas Airlangga Surabaya.
Selain itu, Lita A.C Makatita Mawar berhasil menyabet posisi tiga besar Puteri Indonesia 2013 di Papua Barat. Perempuan kelahiran 1992 ini juga menjadi Putri Kopi Papua Barat tahun 2014. Serta mengikuti ajang Puteri Indonesia Persahabatan 2016.
Untuk dunia tarik suara, Nowela Elizabeth Auparay menjadi pemenang Indonesian Idol musim ke delapan. Nowela bahkan diberi julukan oleh Ahmad Dhani dengan Uranium Voice karena suaranya yang unik dan kuat.
Di bidang energi, Lasieli Taviri yang menjadi Country Manager Origin Energy PNG mendorong penggunaan produk penerangan matahari off-grid. Langkah tersebut menjadi jalan bagi perempuan untuk dapat memulai berbisnis skala kecil, memasak dengan aman, serta menerangi rumah mereka agar anak-anak bisa belajar. Di tahun 2014, Lasieli diumumkan sebagai pemenang Westpacc Outstanding Women Award di Papua Barat oleh Westpac Bank.
Pada bidang pendidikan, Sherina Fernanda Msen mendapatkan predikat Magna Cum Laude. Sherina mengambil jurusan Business Administration program Accounting Leadership And Management. Yafeth Werijo yang mengambil jurusan Ministry Linguastic memperoleh penghragaan mahasiswa terbaik. Keduanya mengenyam pendidikan di Universitas Corban Oregon Amerika Serikat dan lulus tahun 2019.
Di era digital saat ini, tak jarang orang memilih menjadi beauty influencer termasuk Lifnie Sanders. Perempuan asal Papua tersebut vokal dalam menyarankan masyarakat untuk tidak menggunakan produk pemutih agar dapat dianggap cantik. Pemilik akun Youtube livjunkie tersebut menilai cantik tidak harus putih, kulit mulus, dan tak bernoda. Dengan 459 ribu subscriber, Lifni mengedukasi masyarakat khususnya perempuan bahwa untuk menjadi cantik tak bergantung dengan warna kulit, jenis rambut maupun bentuk tubuh.