Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

Sinyal Hati-hati Utang Luar Negeri

Redaksi
×

Sinyal Hati-hati Utang Luar Negeri

Sebarkan artikel ini
Awalil Rizky
Ekonom

Banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah berada dalam posisi rentan karena dampak pandemi Covid-19. Pemerintahnya merespons dengan berbagai paket stimulus fiskal, moneter, dan keuangan yang masif. Bagaimanapun, pertumbuhan ekonominya tetap melambat pada tahun 2020, dan belum sepenuhnya pulih pada tahun 2021.

Dampak lainnya berupa peningkatan posisi utang pemerintah atau sektor publik, serta utang luar negeri (ULN) yang signifikan. ULN memasukan utang pihak swasta, baik yang dijamin ataupun tidak.

Hal itu terutama disebabkan respons pemerintah di seluruh dunia terhadap pandemi Covid-19 melalui paket stimulus fiskal, moneter, dan keuangan yang masif.

Laporan Bank Dunia terkini mencatat posisi ULN seluruh negara-negara berpendapatan rendah dan menengah meningkat 5,3% pada tahun 2020 dari tahun sebelumnya. Posisinya telah mencapai US$8,7 triliun.

Laporan International Debt Statistics (IDS) 2022 tersebut sebenarnya mengingatkan bahwa sebelum pandemi pun, sebagian negara telah dalam posisi rentan. Posisi utang luar negeri dan beban pembayarannya telah mencapai tingkat yang tinggi.

Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia disebut laporan tersebut telah mencapai US$417,53 miliar pada akhir tahun 2020. Meningkat sebesar 3,84% dibanding akhir tahun 2019. Laju peningkatan ini justru lebih rendah dibanding rata-rata peningkatan tahunan pada 2016-2019.

Bagaimanapun, posisi ULN Indonesia masih tercatat urutan keenam terbesar dalam kelompok negara berpendapatan rendah dan menengah, selain Cina. Bahkan, sebagian dari 10 negara pengutang terbesar mengalami penurunan atau hanya stagnan.

Oleh karena perekonomian Indonesia mengalami kontraksi pada tahun 2020, maka beberapa indikator terkait ULN tampak memburuk. Produk Domestik Bruto (PDB) secara nominal mengalami penurunan. Baik dalam denominasi rupiah maupun dolar Amerika. Begitu pula dengan nilai Gross National Income (GNI) yang merupakan PDB neto, setelah menimbang faktor produksi luar negeri.

Rasio posisi ULN atas GNI meningkat dari 37,1% pada 2019, menjadi 40,5% pada 2020. Rasio sebesar itu lebih tinggi dibanding rata-rata rasio negara-negara berpendapatan menengah yang sebesar 29%. IDS 2022 menempatkan Indonesia dalam kelompok menengah yang memiliki rasio 40-60%.

Rasio posisi ULN atas ekspor Indonesia menurut IDS 2022 mencapai 227,6% pada 2020. Meningkat dibanding 193,8% pada 2019.

Data ekspor dalam IDS Bank Dunia tersebut mencakup ekspor barang dan jasa. Rasionya merupakan gambaran antara posisi utang luar negeri dengan pemasukan devisa yang bersumber dari perdagangan, tanpa memperhitungan yang bersumber dari utang baru dan investasi asing.

Rasio posisi ULN atas ekspor Indonesia pada 2020 lebih tinggi dari rata-rata rasio negara-negara berpendapatan menengah yang hanya sebesar 121,9%. Indonesia juga termasuk kelompok dengan rasio yang tinggi, kelompok empat (200-250%) dari lima kelompok.

Sebagian kondisi Indonesia memang tampak tidak memburuk berdasar data dan rasio lainnya terkait ULN yang disajikan IDS 2022. Rasio posisi cadangan devisa atas posisi ULN sebesar 31,4% pada 2020. Hanya sedikit meningkat dari 31,2% pada tahun 2019.

Akan tetapi rasionya masih jauh lebih buruk dibanding rata-rata rasio negara-negara berpendapatan menengah yang sebesar 73,3%. Dengan kata lain, kondisi kebanyakan negara lain lebih baik dilihat dari nilai posisi cadangan devisa berbanding ULN-nya.  

Meski pandemi, kemampuan membayar Indonesia dalam hal beban ULN tampak membaik pada tahun 2020. Rasio Debt service to exports turun dari 39,4% pada 2019 menjadi 36,7% pada 2020.