Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Ramadan dan Makna Cahaya Ilahi

Redaksi
×

Ramadan dan Makna Cahaya Ilahi

Sebarkan artikel ini

Makna cahaya ilahi adalah senantiasa tunduk dan pasrah terhadap perintah dan menjauhi larangannya karena tujuan puasa yakni menjadi hamba yang bertakwa

BARISAN.CO – Puasa ramadan diwajibkan bagi mereka yang beriman, sedangkan tujuan dari puasa adalah menjadi orang-orang yang bertakwa. Lantas siapakah orang yang bertakwa? Orang yang bertakwa yakni orang-orang yang mendapatkan cahaya ilahi.

Sedangkan arti takwa adalah segala sikap dan perilaku yang senantiasa tunduk terhadap perintah dan menjauhi segala larangan Allah Swt. Dua hal sikap seorang hamba yakni antara perintah dan menjauhi larangan, keduanya adalah cahaya yakni cahaya ilahi.

Allah swt adalah cahaya dan orang-orang yang bertakwa yakni hamba yang mendapatkan cahaya ilahi atau cahayanya Allah Swt. Cahaya Ilahi adalah makrifat yakni menjadi tujuan, sementara itu puasa adalah laku tarekatnya.

Jadi makna cahaya ilahi di bulan suci ramadan ini adalah untuk senantiasa dalam ketundukan dan kepasarahan lahir dan batin untuk beribadah kepada-Nya. Syekh Ibnu Atha’illah As-Sakandari dalam maqolah kitab Al-Hikam menerangkan makna cahaya ilahi yakni:

الكَونُ كلُّهُ ظُلمة ٌ واِنّمَا اَناَرَهُ ظُهُورُالحَقِّ فيه فمن رأى الكَوْنَ ولم يَشْهَدْهُ فيهِ اوعِندهُ اوقَبْله اوبَعْدهُ فقد اَعوزَهُ وجودُ الانوَرِ وحُجِبتْ عَنه شموس المعارفِ بِسُحُبِ الاثارِ

Alam itu semuanya dalam kegelapan, sedangkan yang meneranginya, hanya karena dhohirnya Al-haq (Allah) padanya, maka barangsiapa yang melihat alam, lantas tidak melihat Allah di dalamnya, atau di dekatnya, atau sebelumnya, atau sesudahnya, maka sungguh ia telah disilaukan oleh nur (cahaya), dan tertutup baginya surya (nur-cahaya) makrifat oleh tebalnya benda-benda alam ini.”

Makna yang terkandung dalam maqolah tentang makna cahaya ilahi adalah bahwasanya alam semesta mulanya tidak ada (adam), alam ini gelap. Sedangkan yang menampakkannya sehingga berupa kenyataan.

Kenyataan ini karena kekuasaan Allah, oleh sebab itu barangsiapa yang melihat sesuatu benda alam ini. Akan tetapi jika seorang hamba tidak melihat atau merasakan kebesaran Allah Swt maka sesungguhnya ia tidak melihat cahaya ilahi.

Justru ketika seorang hamba tidak dapat menyaksikannya, barangkali juga karena Allah Swt sebelum dan sesudahnya disilaukan oleh cahaya ilahi.