Dengan memiliki klub sepak bola maka dapat membuka pintu untuk berinteraksi dengan para pemilik klub dari kalangan para pesohor dan pengusaha terkemuka
BARISAN.CO – Ramai para pengusaha dan pesohor berinvestasi pada sejumlah klub sepak bola. Tak usah jauh ke mancanegara, dunia sepak bola tanah air pun kini juga mencuri perhatian banyak orang lantaran banyak artis atau tokoh publik yang mengakuisisi klub satu per satu dari berbagai kasta liga.
Misalnya saja, yang sempat ramai diperbincangkan, Raffi Ahmad rela merogoh koceknya hingga 300 miliar rupiah demi mendapatkan kepemilikan Cilegon United FC yang hanya bermain di Liga 2. Masih ada banyak lagi artis yang melakukan hal serupa, seperti Atta Halilintar yang mengambil alih PSG Pati, Kaesang Pangarep membeli Persis Solo, dan masih banyak lagi.
Sekilas, membeli klub sepak bola hanyalah fenomena latah atau memang menguntungkan berinvestasi pada klub sepak bola. Ternyata dilihat dari sisi bisnis, klub sepak bola memiliki potensi keuntungan yang besar, asalkan klub tersebut dikelola secara profesional dan benar.
Itu sebabnya, di Eropa, sejumlah pengusaha kaya dunia mau berinvestasi pada klub sepak bola disana. Menurut Rahim, dkk (2020) dalam penelitian berjudul “Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Asset Growth Terhadap Net Income pada Klub Sepak Bola Arsenal”, ada dua indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk menilai pendapatan bersih dari sebuah klub.
Mengukur Potensi Bisnis Klub
Pertama, Return on Assets (ROA), indikator yang sering muncul dalam laporan keuangan untuk menilai seberapa efisien sebuah perusahaan memperoleh profit dari penggunaan aset, seperti pemain, stadion, reputasi, dan yang lainnya. Sebab, secara teoritis, peningkatan pengembalian nilai atas aset berarti naik juga pendapatan bersih klub dari investasi mereka terhadap aset.
Kedua, pertumbuhan aset (Assets Growth), indikator yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan ukuran perusahaan dilihat dari peningkatan total aktiva perusahaan dalam tahunan. Di satu sisi, dengan melihat pertumbuhan aset maka mencerminkan bagaimana klub berkembang sekaligus mengukur potensi pengembangan bisnisnya ke depan.
Namun, di sisi lain, pertumbuhan aset juga termasuk pertumbuhan resiko. Pertumbuhan pada aset-aset tertentu akan menambah kebutuhan dana untuk mengelola kegiatan operasional. Misalnya, pada contoh kasus Arsenal, klub sepak bola Inggris, pertumbuhan aset pada kenaikan gaji pemain justru berdampak pada penurunan laba bersih yang mereka raup.
Selain dari sisi aset, potensi pendapatan sebuah klub dapat dilihat dari bagaimana cara klub mengelola bisnisnya, baik itu dari merchandise, broadcasting, tiket pertandingan, penjualan pemain, dan lainnya. Lagi-lagi, mengambil contoh Arsenal, pada bursa transfer musim 2016/2017 mengalami peningkatan laba bersih sekitar 32 juta punds dari penjualan pemain dengan harga tinggi, sementara di musim sebelumnya mereka hanya mencatatkan laba bersih sekitar 2 juta pounds.
Investasi yang Tidak Stabil
Diwartakan oleh BBC dalam “Why on Earth Buy a Football Club” disimpulkan bahwa industri sepak bola memiliki arah investasi yang cenderung tidak stabil. Khususnya di Eropa, murni hanya berinvestasi pada klub tanpa memiliki lini bisnis lain yang terpengaruh dengan popularitas klub tersebut malah bisa jadi investasi yang tidak menguntungkan.
Namun, di sisi lain, dengan memiliki klub dapat membukakan akses bisnis pemiliknya pada calon rekan bisnis. Memang tidak selalunya menguntungkan berinvestasi besar pada klub-klub sepak bola. Tapi, dengan memiliki klub maka membuka pintu untuk berinteraksi dengan para pemilik klub dari kalangan para pesohor dan pengusaha terkemuka. [rif]