Orang kulit putih di Amerika disebut-sebut memiliki kemampuan kognitif yang cenderung tidak mendukung kebijakan praktis dalam mengurangi ketidaksetaraan rasial. Orang berpendidikan tinggi malah memungkinkan mereka membenarkan sikap rasis mereka lebih canggih demi hak istimewa.
BARISAN.CO – Pada Februari lalu, kepala departemen psikiatri Universitas Colombia, Jeffrey Liebermen diskors setelah dia menge-tweet foto model berkulit gelap dan menyebut warna kulitnya sebagai freak of nature (keanehan alam).
Model tersebut bernama Nyakim Gatwech. Jeffrey membagikan tweet dengan kata-kata rasis: “Apakah sebuah karya seni atau keanehan alam, dia adalah pemandangan yang indah untuk dilihat.”
Akibat cuitannya tersebut, posisi Jeffrey pun terancam akibat banyak pengguna Twitter yang menuntut namanya dihapus dari jabatan yang saat ini diterimanya.
Mengutip NBC News, model keturunan Sudan Selatan itu merasa sangat kecewa, terlebih, komentar rasis itu datang dari seseorang yang memiliki begitu banyak power.
Bukan hanya diskors, Jeffrey juga dicopot dari jabatannya sebagai kepala psikiatri di Universitas Colombia dan diminta mengundurkan diri dari direktur institut psikiatri negata bagian New York.
Jeffrey menuliskan permintaan maaf melalui email ke kohort kampus.
“Permintaan maaf dari saya kepada komunitas Kulit Hitam, kepada perempuan, dan kepada Anda semua tidak cukup,” tulis Jeefrey.
Jefreey mengaku, dia telah menyakiti banyak orang. Dia juga menyebut bahwa perlu untuk mengubah kepribadian untuk mendapatkan kepercayaan kembali.
Sebelum cuitannya dihapus, Nyakim telah mengambil screenshoot untuk anak cucunya kelak. Menurut Nyakim, kata-kata itu tidak hanya menyakitinya, namun juga perempuan berkulit gelap lainnya yang datang atau ingin pergi ke Columbia.
“Ini dapat memengaruhi cara yang tidak dapat kita bayangkan, terutama datang dari seorang psikiater,” ujar Nyakim.
Di tahun 2013, sebuah penelitian dari Universitas Michigan menyebut, orang pintar sama rasisnya dengan rekan-rekan mereka yang kurang cerdas. Hanya saja, menurut penelitian itu, orang berpendidikan lebih baik dalam menyembunyikan prasangkanya tersebut.
Penelitian itu serupa dengan yang diungkapkan Komisi Hak Asasi Manusia dan Komisi Kesetaraan dan Institut Penelitian Ekonomi dan Sosial Irlandia (ESRI) tahun 2020 silam dalam artikel Irish Times. Survei itu menyimpulkan, sebagian besar orang berpendidikan tinggi memiliki sikap negatif terhadap minoritas, namun mereka pandai menyembunyikannya.
Penyebab Orang Bersikap Rasis
Sebuah artikel Washington Post mengungkapkan, rasisme di Amerika sengaja diciptakan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Bahkan, artikel itu menyebut pengacara berpendidikan tinggi di sana menyusun argumen untuk melindungi polisi yang membunuh orang kulit hitam dan coklat, para jaksa menolak pengajuan tuntutan, dan hakim memberikan hukuman ringan.
Orang kulit putih di Amerika disebut-sebut memiliki kemampuan kognitif yang cenderung tidak mendukung kebijakan praktis dalam mengurangi ketidaksetaraan rasial. Orang berpendidikan tinggi malah memungkinkan membenarkan diri atas sikap rasis merekayang lebih canggih demi hak istimewa.
Masalah ketidaksetaraan rasial yang terjadi di sana juga bukan hanya karena kurangnya pengetahuan melainkan kurangnya kemauan di antara orang kulit putih untuk berkomitmen pada distribusi sumber daya yang adil.
Lalu, apa sebenarnya penyebab orang bersikap rasis?
- Kita hanya bergaul dengan sesama saja. Tanpa bersosialisasi dengan orang yang memiliki minat, latar belakang, budaya, dan bahasa berbeda, kita cenderung lebih merasa lebih baik dengan yang lain.
- Terlalu cepat menghakimi. Kita mudah membuat steretio orang dengan latar belakang yang berbeda. Misalnya, malas, bodoh, dan lain sebagainya. Untuk menghapus stereotip ini dengan tidak menganggap semua orang sama, meski misalnya dari suku yang sama karena semuanya tergantung dari pribadi masing-masing.
- Menyalahkan orang lain atas masalah kita sendiri. Orang yang tampak berbeda bisa menjadi sasaran empuk saat kita merasa marah atau frustasi.
Tidak dibenarkan untuk bersikap rasis dalam bentuk apa pun. Dalam berbagai kasus, rasisme justru bertentangan dengan hukum dan hak asasi manusia. [rif]