Seiring virus cacar monyet belakangan ini yang tengah ‘ngegas’ di sejumlah negara, gejala dari fase awal hingga infeksius perlu diketahui masyarakat
BARISAN.CO – Amerika Serikat (AS), Eropa dan Australia kini tengah sibuk mengangani wabah baru, yakni monkeypox (cacar monyet). Di Eropa, wabah ini ditemukan di Inggris, Spanyol, Portugal, Prancis, Italia, Swedia dan Jerman.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH mengatakan belum ada laporan kasus cacar monyet (monkeypox) di Indonesia. Meski begitu, Kemenkes tetap melakukan sejumlah kewaspadaan untuk mencegah terjadinya penularan di Indonesia.
“Hingga saat ini belum ada kasus (cacar monyet) yang dilaporkan dari Indonesia,” katanya pada konferensi pers secara virtual di Jakarta, Selasa (24/5/2022).
Syahril mengatakan, penyakit cacar monyet atau monkeypox bisa menular melalui kontak erat manusia atau benda yang terkontaminasi dengan virus cacar monyet.
“Bisa menularkan pertama bisa darah, air liur, cairan tubuh, lesi kulit dan dugaan droplet pernapasan,” kata Syahril.
Apa itu Cacar Monyet?
Cacar monyet disebabkan oleh virus human monkeypox (MPXV) orthopoxvirus dari famili poxviridae yang bersifat highlipatogenik atau virus langka dari hewan (virus zoonosis).
Monyet adalah inang utama dari virus monkeypox. Oleh sebab itu, penyakit ini disebut dengan cacar monyet.
Virus Ini pertama kali ditemukan pada monyet di tahun 1958, sedangkan kasus pertama pada manusia (anak-anak) terjadi pada tahun 1970 di Kongo, Afrika Selatan.
Penyakit ini sebenarnya menghilang empat dekade, sampai muncul lagi di 2017. Hingga Mei 2022, terdapat laporan 450 kasus telah di negara-negara Eropa.
Sebenarnya, kasus di luar Afrika secara historis kurang umum. Biasanya terkait dengan perjalanan internasional atau hewan impor.
Gejala Cacar Monyet
Melansir Pusat Pengendalian Dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), gejala cacar monyet mirip dengan cacar lain, tetapi lebih ringan. Perbedaan utama antara gejala cacar dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan kelenjar getah bening membengkak (limfadenopati) sedangkan cacar tidak.
“Ciri yang membedakan infeksi cacar monyet dari cacar adalah perkembangan pembengkakan kelenjar getah bening,” kata CDC.
Gejala cacar monyet biasanya muncul dalam 7 sampai 14 hari, tetapi juga dapat berkisar antara 5 sampai 21 hari setelah terinfeksi.
Beberapa gejala cacar monyet yang perlu menjadi perhatian:
- Demam
- Sakit kepala
- Nyeri otot
- Sakit punggung
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Panas dingin
- Kelelahan
Kemudian dalam 1 sampai 3 hari setelah demam, pasien akan mengalami ruam. Sering berawal dari wajah lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Ruam terdiri dari lesi yang berkembang dalam urutan berikut:
- Makula, atau lesi berubah warna datar
- Papula atau lesi yang sedikit terangkat
- Vesikel atau benjolan dengan cairan bening
- Pustula atau benjolan dengan cairan kekuningan
- Keropeng
Lesi akan menghilang setelah mengering. Gejala cacar monyet umumnya berlangsung 2 hingga 4 minggu dan hilang tanpa pengobatan.
Tindakan Pencegahan Cacar Monyet
Upaya pencegahan untuk masyarakat, jika mengalami gejala demam dan ruam, Kemenkes berharap masyarakat bisa memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.
Kemenkes menghimbau masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dengan menghindari kerumunan, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
WHO menetapkan cacar monyet saat ini menjadi penyakit yang memerlukan perhatian masyarakat global, karena sebagian besar kasus dilaporkan dari pasien yang tidak memiliki riwayat perjalanan ke negara-negara endemis.
“Sebagian kasus berhubungan dengan adanya keikutsertaan pada pertemuan besar yang dapat meningkatkan risiko kontak baik melalui lesi, cairan tubuh, droplet, dan benda yang terkontaminasi,” pungkas Jubir Kemenkes dr. Syahril. [rif]