Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Cara Menghadapi Orang yang Mudah Tersinggung

Redaksi
×

Cara Menghadapi Orang yang Mudah Tersinggung

Sebarkan artikel ini

Sedikit-sedikit marah, ngambek, alamak!

BARISAN.CO – Kini amat sulit mengatakan apa pun, terutama di media sosial, yang tidak akan membuat seseorang di tempat lain merasa kesal.

Misalnya saat kita yang berada di Jakarta menuliskan sesuatu, orang lain di Madiun justru merasa tersinggung dengan tulisan tersebut. Padahal, kita tidak ada masalah sama sekali dengannya. Ujug-ujug, marah dengan kita.

Orang seperti itu disebut dengan hipersensitif yakni memiliki sifat sangat mudah marah atau tersinggung.

Menurut sebuah penelitian dari San Diego University, orang yang mudah tersinggung menjadi karyawan yang buruk karena mereka tidak pernah menyelesaikan apa pun.

Orang yang memiliki kecenderungan untuk tersinggung lebih tinggi (PTBO) melihat serangkaian kejadian sebagai hal yang ofensif dan cenderung merasa peristiwa atau tradisi sosial yang membuat mereka tersinggung dianggap melanggar kode moral atau standar keadilan.

Para peneliti menemukan, PTBO tinggi kurang produktif karena terus-menerus khawatir tentang bagaimana organisasi tempat mereka bekerja kurang adil atau tidak etis daripada di tempat lain dan mereka menghabiskan banyak waktu untuk mengeluh tentang hal-hal sepele.

Penelitian itu juga mencatat, orang yang tersinggung oleh kejadian sehari-hari mengalihkan sumber daya kognitif yang penting dan terbatas dari klien (dan potensi penjualan) ke rangsangan yang tidak relevan dengan tugas.

Selain itu, orang-orang yang mudah tersinggung kurang peduli untuk membantu orang lain.

Cara Menghadapi Orang yang Mudah Tersinggung

Sebenarnya, sangat sulit berurusan dengan orang seperti ini. Rasanya, bahkan lebih menegangkan ketika orang-orang seperti itu adalah teman dekat kita. Mereka sering kali salah tafsir atas sebuah kalimat atau tweet yang kita buat. Dan sialnya, itu bisa membuat kita sakit kepala karena kesalahpahaman yang terjadi terus-menerus.

Pertama-tama sebelum bereaksi, sebaiknya kita tarik napas dalam-dalam. Ini dimaksudkan agar menenangkan dan membantu kita memproses apa yang akan dikatakan nantinya. Setiap respons yang kita buat tanpa menenangkan akan dibebankan secara emosional dan membuat mereka semakin menjadi-jadi.

Jika gagal, batasi kontak dengan mereka untuk berbicara seperlunya saja. Cobalah untuk menghindari semua topik sensitif seperti sikap kita tentang agama, politik, dan bahkan tim olahraga. Di atas semua itu, kita mungkin ingin menyimpan cerita pribadi secara pribadi alih-alih membagikannya dengan orang-orang seperti itu.

Setelah semua itu, jika mereka masih tersinggung, lanjutkan saja hidup kita. Ketidakbahagiaan mereka bukan urusan kita.

Sebagai manusia, mereka berhak untuk merasakan apapun yang mereka inginkan. Namun jika mereka masih bertindak berdasarkan perasaan mereka dengan tidak menyenangkan, beri tahu mereka tentang tindakan mereka dengan cara yang tenang.

Saya pribadi, memilih menjaga jarak dengan orang cegukan begini. Saya menyadari, satu pilihan kata yang salah akan membuat segalanya runyam. Bagi saya lebih baik menghindari daripada mencoba menyiramkan bensin ke api.

Mereka ibarat api yang mudah terbakar. Dan, saya tidak ingin mencoba berusaha untuk menghadapinya. Terlebih saya mengenal diri saya sebagai orang yang keras kepala dan blak-blakkan. Jadi, tidak ada gunanya berada di sekitar mereka karena saya harus selalu berjalan di atas kulit telur dengan penuh kehati-hatian.

Keruwetan adalah bagian dari kehidupan. Tetapi, kita dapat memilih menghindarinya. Penulis terkenal, Radhanath Swami, pernah berkata: “Orang yang rendah hati tidak mudah tersinggung.”

Sehingga, bisa jadi jika mereka marah, mungkin bukan perasaan mereka yang terluka, tetapi ego mereka. [dmr]