Scroll untuk baca artikel
Blog

BKB Matraman dan Ekosistem Masa Depan Sejarah Mataraman

Redaksi
×

BKB Matraman dan Ekosistem Masa Depan Sejarah Mataraman

Sebarkan artikel ini

ALUN-alun Kota Gede 1628 dari atas Kudanya Sultan Agung memberi perintah “mukti utowo mati ning Sunda Kelapa” kepada 14 ribu pasukan Mataram Islam. Sebuah peristiwa heroik, dahsyat, 14 ribu orang berjalan kaki, berkuda, sejauh 549 km merajut kekuatan bersama Kesultanan Cirebon dan Banten menyerbu Sunda Kelapa yang kala itu dijajah Hindia belanda.

Pasukan Mataram, meski tidak berhasil menerobos banteng Batavia, penyerangan itu berhasil membunuh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jean Piterzoon Coon, memporakporandakan Batavia dengan strategi perang parit menutup aliran Sungai Ciliwung dan yang paling penting menyatukan Kesultanan-kesultanan Islam sepanjang pantai barat Jawa.

Pasukan Mataram yang memegang teguh perintah Sultan Agung memilih menetap pada bantaran Ciliwung. Mereka mendirikan kampung, mendirikan masjid lalu kemudian membentuk akulturasi yang berlangsung dalam rentang waktu yang panjang. Kawasan yang ditinggali pasukan Mataram itu awalnya dikenal Mataraman atau Kampung orang Mataram lambat laun sesuai cita rasa penyebutan menjadi Matraman.

Masjid Jami Mataram dibangun beton tahun 1837 adalah jejak sejarah panjang pasukan Mataram. Masjid yang kini beralamat di Jl. Taman Amir Hamzah, No.01, Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Pada sisi timur Masjid mengalir Sungai Ciliwung dibantaran Ciliwung itu terdapat deretan pedagang makanan. Jamaah masjid yang banyak, apalagi pada hari Jumat, jamaah tumpah ruah sampai ke jalan. Para pedagang makanan memanfaatkan keramaian sekitar Masjid mengeis rezeki.

Akhir tahun 2019 lewat kegiatan penanaman Pohon Tin bersama BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta di RPTR Amir Hamzah, Kelurahan Pegangsaan, Kec. Menteng, Jakarta Pusat lahirlah gagasan merefitalisasi kawasan kuliner Matraman. Saat itu Wakil Camat Menteng, Suprayogi, Lurah Pegangsaan, Parsio, Kasi Ekonomi Pembangunan, Abdul Malik Raharusun, Ketua RW.08, Kholid intens melakukan diskusi bersama tim Wakil Ketua II BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta, Saat Suharto Amjad.

Meski terjadi rotasi pada jajaran ASN gagasan refitalisasi kawasan Kuliner Matraman tetap dilanjutkan. Terhalang Covid-19 realisasi pengerjaan refitalisasi baru terlaksana di tahun 2022. Jumat, 7 Oktober 2022 bertepatan dengan 11 Rabiul Awal 1444 Hijriyah, BAZNAS (BAZIS) Provinsi DKI Jakarta secara resmi meresmikan kawasan kuliner Matraman sekaligus melakukan brending nama Bazar Kuliner Bazis (BKB) Matraman.

Bazar Kuliner Bazis (BKB) Matraman kini menyatu dengan kawasan Masjid baik secara fisik dan konsep manajemen Bazar Kuliner Bazis (BKB) Matraman. Kolaborasi BAZNAS (BAZIS) bersama Majelis Ulama Indonesia DKI Jakarta, Asosiasi Profesi Keamanan Pangan Indonesia (APKEPI) para pedagang mendapatkan sosialisasi dan pelatihan keamanan pangan. Selaian mendapatkan jaminan halal dari MUI para pedagangan juga mendapatkan Sertifikasi Hygiene Sanitasi Pangan. Bazar Kuliner Bazis (BKB) Matraman adalah yang pertaman dibranding BAZNAS sebagai kawasan kuliner halal di Jakarta.

Kembali ke sejarah panjang Matraman. Sejak menjadi kampung pasukan Mataram kawasan ini menjadi episentrum pergerakan di Jakarta, dari Matraman, Menteng, Cikini, Kwitang dan seterusnya. Pada kawasan Masjid Jami Matraman yang kini dikenal Pegangsaan terdapat beberapa situs dan cagar budaya sejarah yang juga dapat dikunjungi.

Selain makam pasukan Mataram yang menyatu dengan pagar Masjid dari Masjid kea rah barat berjarak 10 meter terdapat Sekretariat Sarekat Islam, Jl. Taman Amir Hamzah No.2. lalu masih kawasan yang sama Jl. Taman Amir Hamzah No.8 Rumah Wahid Hasyim (Rumah Gus Dur), No. 10 Rumah Sumitro Djoyohadikusumo dan No. 22 Rumah Barak Husein Obama. Sekitar 2 km ke arah barat di Jl. Pegangsaan Timur terdapat Tugu Proklamasi (dulunya Rumah Bung Karno no.56), No. 57 Rumah Bung Hatta dan diseberang jalannya Bioskop legendaris Metropole XXI.