CALON Presiden 2024 Anies Rasyid Baswedan yang diusung Partai Nasdem memang fenomenal. Histeria sambutan massa simpatisan, kader partai dan relawan yang marak di sejumlah kota dan daerah mulai dari Medan, Yogyakarta, Ciamis, Tasikmalaya, Palu dan Aceh, sangat mengejutkan.
Tidak hanya mengejutkan Anies dan juga Nasdem tetapi juga membuat senewen lawan yang selama ini memiliki agenda serta capres sendiri yang masih malu-malu untuk deklarasi.
Posisi Anies yang jobless atau ‘pengangguran’ membuatnya sangat lincah datang dan berkunjung ke daerah untuk memperkenalkan diri sebagai Capres 2024. Anies tidak lagi harus izin kepada Mendagri untuk bepergian karena bukan lagi gubernur. Anies juga bebas kemana saja tidak harus takut berurusan dengan auditor negara.
Begitu juga ketika berkunjung ke daerah, Anies pun lebih suka menggunakan pesawat milik negara, Garuda Indonesia. Menariknya, Anies selalu memilih kelas ekonomi dibandingkan kelas eksekutif.
Tentu selain mengajarkan tentang sikap hidup hemat dan sederhana kesempatan itu juga digunakan Anies untuk lebih mudah menyapa dan berinteraksi dengan penumpang lainnya. Toh, antara kelas ekonomi dan eksekutif pun tak jauh berbeda bila jarak tempuh hanya untuk 2 atau 3 jam saja.
Bahkan ketika Anies akan ke Medan, posisi duduknya paling belakang menempel dengan toilet. Begitu juga ketika pulang dari Palu, Anies sempat menyapa dan bersalaman dengan seorang anggota DPR dari Golkar yang duduk di kelas eksekutif. Selepas ngobrol sebentar Anies pun beranjak dan duduk di kelas ekonomi di kursi bagian tengah setelah menghabiskan beberapa menit menyapa, bersalaman dan berfoto dengan penumpang pesawat lainnya.
Bagi yang nyinyir mungkin menganggapnya Anies tengah melakukan pencitraan. Tidak salah bila ada anggapan seperti itu. Toh, Anies tidak menggunakan uang negara. Berbeda dengan tokoh lain yang menggunakan fasilitas, atribut dan duit negara.
Malah ada menteri yang berambisi jadi capres/wapres narsis sekaligus jadi bintang iklan di anjungan tunai mandiri (ATM) bank pelat merah. Anies tidak melakukan itu karena tidak punya kuasa dan juga memang tidak etis.
Anies selain fenomenal juga telah menjadi bancmark. Anies adalah acuan, ukuran dan juga patokan. Anies adalah faktor. Anies disambut ribuan bahkan ratusan ribu orang yang selalu menyemut sejak dari bandara adalah ukuran dan juga rujukan bagi kandidat lain.
Karena itu beredar kabar sampai ada pemimpin yang urung hadir dalam acara penting karena khawatir sambutannya tidak semeriah Anies. Atau ada juga seorang pemimpin daerah yang terus blusukan di wilayahnya sambil lari tetapi sambutannya sangat minim.
Fenomen Anies juga menjadi acuan bahwa relawan itu benar-benar bekerja dengan prinsip-prinsip kerelawanan. Mereka berani mengeluarkan dana sendiri atau urunan di antara mereka secara proporsional sesuai dengan kemampuan masing-masing. Bagi yang punya jabatan atau yang punya usaha tentu dengan kesadaran sendiri menyumbang lebih banyak dibandingkan yang lainnya.
Relawan itu benar-benar sesuai dengan namanya. Bukan relawan yang baru datang dimobilisasi kekuatan uang. Relawan itu datang karena punya harapan dan ingin perubahan. Bukan relawan yang dibayar.
Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera (Anies) kelompok relawan terbesar yang hampir menguasai seluruh provinsi dan kabupaten/kota misalnya, mereka tidak sekadar deklarasi dan menggalang dukungan. Mereka juga secara rutin menyelenggarakan diskusi melibatkan sejumlah pakar dari mulai ekonom, ahli tata negara, pakar BUMN, analis politik dan juga pakar digital. Artinya, seorang relawan tidak hanya bisa berteriak ‘Merdeka’ atau ‘Allahu Akbar’ tetapi juga memiliki gagasan, narasi dan nantinya diimplementasikan dalam bentuk aksi atau karya.