BURNA menjemput Virna di bandara Soetta. Penerbangan dari Qatar akan landing jam 20.00. Virna sudah bekerja di negeri Saik itu lima tahun lalu. Ya negeri yang dibangun seorang Saik, bohir bak Nabi Sulaiman yang menguasai harta tahta wanita.
Alkisah, saat Sulaiman ditawari Allah untuk memilih harta-tahta-wanita, ia tidak memilih salah satunya. Pun, ketiganya atas kehendakNya. Sulaiman justru meminta hikmah akal budi. Allah pun memberi ilmuNya itu. Dari itu Sulaiman justru mendapatkan segalanya, termasuk bisa bicara dengan pohon dan binatang.
Apakah seperti itu kejadian Saik kala membangun Qatar. Sebagaimana Saik lain saat membangun Dubai atau Abudabi.
Pada kenyataannya, di 2022 ini, Qatar menjadi tuan rumah FIFA World Cup. Pertandingan sepakbola klas dunia, yang diikuti berbagai negara. Indonesia masih tak tercatat sebagai peserta ajang olah raga paling bergengsi itu.
Dikabarkan untuk menggelar piala dunia itu, Qatar membangun delapan stadion. Salah satunya bahkan dibangun secara knock down.
Sebagai arsitek terpercaya, Virna bekerja dalam proyek raksasa yang memakan tenaga dan pikiran itu. Selama lima tahun Burna mengenalnya melalui media sosial. Hingga mereka berjanji untuk bertemu pada pendaratan Virna kembali ke Indonesia.
DI RUANG tunggu Burna menyaksikan pertandingan sepakbola melalui televisi. Dikabarkan pesawat yang membawa terbang Virna mengalami keterlambatan selama tigapuluh menit.
Pertandingan antara kesebelasan Belanda melawan Qatar berlangsung cantik. Secantik Virna, pikir Burna, kecantikan dilengkapi sportivitas satu pribadi berkarakter kuat dan berpenampilan indah.
Seperti itu juga pendapat Virna tentang lukisan Burna yang diunggah di gadged, atau terkirim melalui WA. Lukisan kaya warna coret moret bikin bingung, tapi Virna suka. Ada kekuatan garis dan keindahan warna.
Maka Burna bilang, kekuatan lukisan dilihat dari garisnya, keindahan lukisan dilihat dari warnanya. Seperti keindahanmu, tulis Burna dalam WA. Dan Virna menjawab, kuat seperti pelukisnya. Selalu wa ditutup dengan: peluk and kiss, see you later.
Hubungan mereka bukan tidak mengalami kendala. Saat Burna secara sportif menemui orangtua Virna, ibu Virna secara sportif pula menyatakan keberatan puteri semata wayangnya menjalin hubungan serius dengan seniman. Pelukis berpenampilan seenak udel, berambut gondrong dan tidak sholat.
Tapi siapa yang bisa menampik cinta, satu kekuatan yang mampu menjadikan Ronaldo sebagai robot kesebelasan Portugal, atau Ronaldinho yang menjelma penyihir dari kesebelasan Belgia.
Dan apabila dua kekuatan itu bertemu dalam lapangan hijau, bisa dibayangkan keindahan konfliknya. Bukankah keindahan hanya bisa ditemukan di balik konflik. Di balik kekuatan garis lukisan, dan keindahan warna lukisan abstrak.
PERTANDINGAN kesebelasan Belanda dan Qatar berakhir 1-0. Bersamaan Qatar Airline landing. Terbersit pikiran Burna, mengapa Virna tidak mengikuti pertandingan demi pertandingan FIFA di stadion yang ia ikut andil sebagai perancangnya.
Benarkah pertemuan dengannya bagi Virna lebih penting dari sekadar pertandingan sepakbola. Seperti yang pernah diguraukan Virna melalui wa: apaan satu bola diperebutkan.
Ah, sudahlah, yang penting pertemuan mereka demi negasi hubungan yang kuat dan indah lanjut. Apakah akan putus, sesuai kehendak orangtua Virna. Atau lanjut demi satu keindahan yang ditemukan di balik konflik pertarungan, bak dua kesebelasan, hingga mencapai goal.
Betapapun Burna bukan jenis pelukis keledai yang melukis demi pesanan. Mengutip sikap pelukis senior Djoko Pekik, dia adalah pelukis dari jenis kuda balap. Jenis pelukis yang mengekspresikan karakter diri, melalui bahasa garis dan warna. Sehingga dengan kekuatan dan keindahan ekspresi diri itu, lukisannya berharga mahal.