Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Pengaruh Rokok Terhadap Stunting, Bisa Berdampak Pada Kesehatan Anak

Redaksi
×

Pengaruh Rokok Terhadap Stunting, Bisa Berdampak Pada Kesehatan Anak

Sebarkan artikel ini
Pengaruh Rokok Terhadap Stunting
Ilustrasi foto/Pexels.com

Paparan asap rokok, yang terbukti memiliki dampak negatif pada kesehatan anak.

BARISAN.CO – Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa stunting masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang mendapat perhatian serius di Indonesia.

Perlu dipahami bahwa stunting dan kurang gizi adalah dua kondisi yang berbeda. Walaupun keduanya terkait dengan masalah nutrisi, stunting lebih spesifik berkaitan dengan pertumbuhan yang terhambat sejak awal kehidupan anak.

Sementara kurang gizi bisa terjadi pada segala usia dan tidak selalu berhubungan dengan tinggi badan.

Anak yang stunting akan memiliki pertumbuhan fisik yang terbatas, terutama dalam hal tinggi badan, sedangkan kurang gizi bisa berupa kekurangan berat badan atau masalah kesehatan lain terkait nutrisi.

Tidak hanya terjadi di Indonesia, stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan kompleks, terutama di negara berkembang.

Stunting terjadi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan otak anak terhambat akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan.

Meskipun gizi yang buruk merupakan penyebab utama stunting, perhatian terhadap faktor lain yang mungkin memperburuk kondisi ini perlu diperhatikan.

Salah satu faktor yang saat ini menjadi perhatian yakni pengaruh rokok terhadap stunting. Paparan asap rokok, yang terbukti memiliki dampak negatif pada kesehatan anak.

Perlu menggali lebih dalam tentang pengaruh rokok terhadap stunting, menyajikan bukti ilmiah yang mendukung pernyataan ini dan mengajak pembaca untuk merenung tentang dampak kesehatan generasi muda.

Sebagaimana sedikit telah dijelaskan diatas bahwa stunting adalah kondisi di mana pertumbuhan fisik anak terhambat, yang umumnya terlihat pada tinggi badan yang lebih pendek dari rata-rata usianya. Kondisi ini biasanya terjadi pada masa anak-anak, khususnya selama dua tahun pertama kehidupan.

Faktor penyebabnya melibatkan kombinasi antara gizi buruk, infeksi yang berulang, dan asupan nutrisi yang tidak mencukupi selama periode kritis pertumbuhan.

Stunting dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan fisik dan mental, serta perkembangan kognitif anak.

Hubungan Antara Rokok dan Stunting

Rokok merupakan produk tembakau yang mengandung zat-zat berbahaya seperti nikotin, tar, dan karbon monoksida.

Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian telah menunjukkan bahwa paparan asap rokok, baik selama kehamilan maupun setelah kelahiran, dapat berkontribusi pada risiko stunting pada anak.

Beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan hubungan antara rokok dan stunting antara lain:

  1. Pengaruh Asap Rokok pada Kesehatan Ibu Hamil

Wanita hamil yang terpapar asap rokok memiliki risiko tinggi mengalami masalah kehamilan seperti plasenta previa, preeklampsia, dan kelahiran prematur. Tentu hal ini dapat memengaruhi pertumbuhan janin dan meningkatkan risiko stunting pada bayi.

  1. Paparan Pasif pada Anak-anak

Anak-anak yang terus-menerus terpapar asap rokok pasif memiliki risiko tinggi terkena penyakit pernapasan, infeksi telinga, dan masalah kesehatan lainnya.

Kondisi ini dapat memperburuk stunting dengan memengaruhi asupan nutrisi dan daya tahan tubuh anak.

  1. Pengaruh Terhadap Sistem Kekebalan Tubuh

Zat-zat berbahaya dalam asap rokok dapat menghambat fungsi sistem kekebalan tubuh. Anak-anak yang terpapar rokok cenderung lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit, yang dapat memperburuk kondisi stunting.

Berbagai studi epidemiologi telah menghasilkan data yang mendukung keterkaitan antara rokok dan stunting.

Menurut World Health Organization (WHO), anak-anak yang terpapar asap rokok pasif memiliki risiko stunting 1,5 hingga 2 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang tidak terpapar.

Data serupa juga ditemukan dalam penelitian nasional di berbagai negara berkembang, yang menunjukkan bahwa prevalensi stunting cenderung lebih tinggi di wilayah dengan tingkat merokok yang tinggi.