Produksi daging ayam kampung dan itik di Indonesia anjlok tajam pada 2024, memicu kekhawatiran akan keberlangsungan peternakan rakyat.
BARISAN.CO – Ekonom dari Bright Institute, Awalil Rizky, menyoroti tren terbaru produksi daging ayam dan itik di Indonesia yang mengalami penurunan tajam. Dalam cuitannya di platform X (sebelumnya Twitter), Awalil memaparkan tiga data penting dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang bersumber dari Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, mengenai produksi daging ayam ras, ayam buras (bukan ras), dan itik.
Menurut Awalil, produksi daging ayam ras pedaging selama kurun 2000–2024 menunjukkan tren meningkat, meskipun angka tahun 2024 mengalami sedikit penurunan dari tahun sebelumnya.
Data BPS mencatat produksi ayam ras pedaging pada 2024 berada di angka 3,84 juta ton, sedikit menurun dari tahun 2023 yang mencapai 3,94 juta ton.
“Penurunannya kecil, dan secara tren jangka panjang masih naik,” dikutip dari Channel YouTube Awalil Rizky, Senin (19/05/2025)
Namun, ia menekankan bahwa peningkatan produksi ini belum tentu berdampak pada kesejahteraan peternak yang mayoritas pelaku usaha mikro kecil.
Yang mengejutkan, lanjut Awalil, adalah data produksi daging ayam buras atau ayam kampung. Angka produksi tahun 2024 hanya sebesar 156 ribu ton, anjlok tajam dari tahun sebelumnya yang mencapai 280 ribu ton.
Ia menyebut bahwa angka ini merupakan yang terendah dalam dua dekade terakhir.
“Ini bukan berita baik. Ayam kampung potensial sebagai jaring pengaman kemiskinan di desa, tetapi trennya stagnan dan kini justru merosot,” katanya.
Tren serupa juga terjadi pada produksi daging itik. Berdasarkan data yang dikutipnya, produksi itik tahun 2024 turun menjadi hanya 38 ribu ton dari sebelumnya 49 ribu ton pada 2023. Penurunan ini menjadikan angka 2024 sebagai yang terendah dalam 10 tahun terakhir.
Menurutnya, kondisi ini perlu menjadi perhatian serius karena peternakan itik juga menjadi sumber penghasilan tambahan masyarakat pedesaan.
Awalil menekankan pentingnya pemerintah untuk tidak hanya terfokus pada isu-isu industri dan teknologi tinggi seperti kecerdasan buatan (AI), tetapi juga tetap memperhatikan sektor tradisional seperti peternakan rakyat.
“Sebagian besar rakyat Indonesia masih menggantungkan hidup dari pertanian dan peternakan. Ini potensi besar yang tidak boleh diabaikan,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menjaga keberlangsungan usaha peternakan kecil, termasuk perlindungan harga, akses bibit, serta penguatan pasar hasil produksi mereka. []
Video selengkapnya: