Kesederhanaan ternyata menyimpan kekuatan besar: KH Ubaidullah Shodaqoh mengungkap bagaimana kiai kampung menjadi penyangga utama NU dan umat di akar rumput.
BARISAN.CO – Dalam wawancara eksklusif program Menjadi Indonesia di Channel YouTube NU Online, Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah KH Uaidullah Shodaqoh menegaskan kembali pentingnya peran kiai-kiai kampung sebagai penyangga utama Nahdlatul Ulama (NU) dan penjaga kehidupan keagamaan masyarakat.
Dalam perbincangan mendalam bersama Pemimpin Redaksi NU Online, Ivan Aulia Ahsan, Kiai Ubaid mengungkapkan pandangannya tentang kesederhanaan, khidmah, tradisi keilmuan pesantren, hingga persoalan kebangsaan yang tengah dihadapi Indonesia.
Kiai Ubaid sejak awal menekankan bahwa dirinya selalu merasa rendah hati di hadapan para kiai sepuh dan kiai kampung yang menurutnya memiliki ketulusan, kesabaran, dan keistiqamahan yang jauh lebih besar.
Ia menyampaikan, kesederhanaan yang terlihat dalam penampilannya bukanlah sesuatu yang dibuat-buat, tetapi sudah menjadi watak yang terbentuk sejak masa kecil melalui tempaan keluarga dan pendidikan pesantren.
Dalam dialog tersebut, Kiai Ubaid juga menceritakan kedekatannya dengan masyarakat akar rumput. Ia memilih untuk tampil apa adanya dan menempatkan diri sebagai khadim, bukan sebagai sosok yang harus ditokohkan.
Menurutnya, sikap demikian membuat masyarakat lebih leluasa menyampaikan keluhan, pendapat, maupun masalah yang mereka hadapi tanpa rasa sungkan. “
Saya ingin masyarakat bersikap natural di depan saya, agar saya bisa mengetahui persoalan mereka secara objektif,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keberadaannya di tengah masyarakat bukan untuk memberikan jarak, melainkan untuk menghadirkan kedekatan yang membuat masyarakat merasa ditemani.
Sikap inilah yang menurutnya juga ia temukan pada banyak kiai kampung di berbagai daerah yang secara nyata menjaga jamaah, mendampingi petani, dan hadir dalam persoalan kehidupan sehari-hari.
Dalam kesempatan tersebut, Kiai Ubaid juga membahas peran penting tradisi intelektual di pesantren seperti bahtsul masail.
Menurutnya, fikih dan tradisi istinbath hukum merupakan pondasi gerak NU dalam memberikan panduan keagamaan yang relevan dengan persoalan kontemporer.
Ia menegaskan bahwa setiap kebijakan atau program yang dijalankan NU harus memiliki legitimasi fikih dan tidak terlepas dari nilai-nilai syariat.
Kiai Ubaid juga menceritakan pengalamannya mengikuti Program Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) bersama para tokoh seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Harun Nasution, dan Nurcholish Madjid.
Ia menyebut program tersebut sangat memengaruhi pandangannya dalam melihat dunia sosial, keilmuan, serta pentingnya menghubungkan teks-teks keagamaan klasik dengan realitas masyarakat.









