Tiap pembunuh berantai memiliki tanda berbeda, termasuk Sin-woo. Dia meninggalkan lukisan yang ia gambar di dinding dari darah para korbannya. Sin-woo menganggapnya sebagai karya seni. Baginya, tidak ada yang bisa menggantikan warna merah yang ideal dan sempurna selain darah.
Sin-woo memang memiliki bakat sebagai seniman. Dia bahkan kembali ke TKP untuk merapikan lukisan yang dia anggap kurang sempurna.
Mengutip ABC News, profesor psikologi forensik di John Jay College of Criminal Justice, New York, Louis Schlessinger mengatakan, tanda adalah perilaku TKP ritualistik yang dilakukan pelaku untuk kepuasan psikoseksual.
“Ini melampaui apa yang diperlukan karena membunuh saja tidak cukup,” kata Louis.
Menurutnya, tanda di TKP itu sering diindikasikan, pelaku ingin membual tentang pencapaiannya. Sin-woo memang sempat membual kepada beberapa orang tentang tanda yang dia tinggalkan tersebut termasuk di depan salah satu petugas kepolisian yang menangani kasus pembunuhan di gedung apartemen di mana ia tinggal.
“Mereka menunjukkan kepada polisi, mereka sangat bangga dengan apa yang telah mereka lakukan dan merasa luar biasa. Ini membangkitkan rasa kontrol dan kekuasaan bagi mereka,” lanjut Louis.
Penulis “Serial Killers and Murderers”, Jack Levin sependapat dengan Louis.
“Tanda yang mereka tinggalkan sering dirancang untuk memberi apa yang hilang dalam kehidupannya yang menjemukan dan suram. Mereka merasa penting dan istimewa,” ujar Jack.
Dia menambahkan, seolah-olah itu adalah pencapaian dan membuat mereka tampak telah berhasil.
Jack menyebut, tanda itu tidak hanya untuk mencapai ketenaran, tetapi juga menggoda penegak hukum.
“Bagi seorang pembunuh berantai, menyiksa dan membunuh korban adalah pencapaian besar serta sesuatu yang ingin dia tunjukkan pada dunia. Pada saat yang sama, dia meninggalkan tanda sebagai ejekan kepada polisi. Mereka bisa merasakan kekuatan dengan mengakali polisi,” ungkap Jack.
Namun demikian, dengan adanya tanda ini sebenarnya membantu penyelidik untuk menghubungkan beberapa kejahatan bahkan bisa membantu memecahkan kasus tersebut. Itu seperti dialog yang dibangun antara pelaku dengan pihak berwenang.
“Informasi apa pun yang diperoleh penyelidik dapat menunjukkan adanya kemungkinan masuk ke siapa yang mungkin melakukan ini atau petunjuk,” kata psikolog forensi dan direktur Pusat Neuropsikologi dan Ilmu Perilaku Forensik New York, N.G. Berril.
Gambar dalam lukisan yang dibuat Sin-woo adalah posisi korban setelah dibunuh. Pada pembunuhan keempat, korban tampak menelungkup di atas meja makan, Sin-woo kemudian melukiskannya.