“Mereka menunjukkan kepada polisi, mereka sangat bangga dengan apa yang telah mereka lakukan dan merasa luar biasa. Ini membangkitkan rasa kontrol dan kekuasaan bagi mereka,” lanjut Louis.
Penulis “Serial Killers and Murderers”, Jack Levin sependapat dengan Louis.
“Tanda yang mereka tinggalkan sering dirancang untuk memberi apa yang hilang dalam kehidupannya yang menjemukan dan suram. Mereka merasa penting dan istimewa,” ujar Jack.
Dia menambahkan, seolah-olah itu adalah pencapaian dan membuat mereka tampak telah berhasil.
Jack menyebut, tanda itu tidak hanya untuk mencapai ketenaran, tetapi juga menggoda penegak hukum.
“Bagi seorang pembunuh berantai, menyiksa dan membunuh korban adalah pencapaian besar serta sesuatu yang ingin dia tunjukkan pada dunia. Pada saat yang sama, dia meninggalkan tanda sebagai ejekan kepada polisi. Mereka bisa merasakan kekuatan dengan mengakali polisi,” ungkap Jack.
Namun demikian, dengan adanya tanda ini sebenarnya membantu penyelidik untuk menghubungkan beberapa kejahatan bahkan bisa membantu memecahkan kasus tersebut. Itu seperti dialog yang dibangun antara pelaku dengan pihak berwenang.
“Informasi apa pun yang diperoleh penyelidik dapat menunjukkan adanya kemungkinan masuk ke siapa yang mungkin melakukan ini atau petunjuk,” kata psikolog forensi dan direktur Pusat Neuropsikologi dan Ilmu Perilaku Forensik New York, N.G. Berril.
Gambar dalam lukisan yang dibuat Sin-woo adalah posisi korban setelah dibunuh. Pada pembunuhan keempat, korban tampak menelungkup di atas meja makan, Sin-woo kemudian melukiskannya.
“Idenya adalah semacam dialog menggoda dan atau memprovokasi pihak berwenang. Ini bukan teriakan minta tolong melainkan minta perhatian. Orang-orang ini tidak punya hati nurani,” tutur Berril.
Sekilas, Sin-woo tampak bak malaikat dengan visual rupawan, senyum mengembang, dan tak sungkan membantu orang lain. Siapa pun yang melihatnya akan menganggapnya sebagai orang baik. Namun, siapa kira bahwa di balik wajahnya itu tersembunyi perangai iblis?
A Superior Day disutradarai oleh Jo Nam-hyeong. Drama yang diadaptasi dari webtoon ini bisa disaksikan juga di layanan streaming VIU sejak 14 Maret lalu.
Bagi yang tak kuat melihat darah dan kesadisan, tidak disarankan menonton drakor ini. Sebab, tiap episode diselipkan adegan brutal. [Luk]