BARISAN.CO – Penyakit kanker menjadi salah satu ancaman terbesar di Indonesia dengan tingkat kematian mencapai 59 persen. Berdasarkan laporan organisasi kesehatan dunia (WHO) melalui The International Agency for Research on Cancer (IARC) Desember lalu, jumlah kasus baru di tanah air mencapai hampir 400.000 kasus selama tahun 2020 dan 54 persen di antaranya terjadi terhadap perempuan.
Menurut data Kementerian Kesehatan di tahun 2020, angka kematian penderita penyakit kanker hampir tiga perempatnya atau setara dengan 234.511 jiwa. Hal ini disebabkan karena sebanyak 70 persen pasien kanker mendatangi fasilitas kesehatan saat stadium akhir.
Data Globalcan 2020, jumlah kasus kanker tertinggi ialah kanker payudara sekitar 16,6 persen. Berikut ini mitos seputar kanker payudara seperti dikutip dari National Breast Cancer Foundation, Inc:
1. Kanker payudara hanya diderita perempuan
Faktanya bukan hanya perempuan, laki-laki juga bisa menderita kanker payudara. Umumnya, kanker payudara pada laki-laki dapat dideteksi sebagai benjolan keras di bawah puting dan areola.
Karena mitos ini, angka kematian kanker payudara pada pria menjadi lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Banyak pria yang tidak menyadari adanya benjolan, sehingga memperlambat pengobatan sejak dini.
2. Ada riwayat keluarga dengan kanker payudara
Ada yang menganggap kanker payudara merupakan penyakit keturunan. Nyatanya, secara statistik hanya sekitar 10 persen orang saja yang didiagnosis kanker payudara karena keturunan.
Sehingga tidak benar jika memiliki riwayat keluarga dengan pengidap kanker payudara membuat perempuan kemungkinan besar akan mengalaminya.
3. Kanker payudara bisa menular
Kanker payudara bukan penyakit menular karena merupakan hasil pertumbuhan sel yang tidak terkendali dan bermutasi ke jaringan lain di tubuh manusia.
4. Semua benjolan di payudara adalah kanker
Benjolan di payudara tidak berarti Anda menderita kanker payudara. Meskipun begitu, perempuan harus melakukan pemeriksaan rutin. Periksa kondisi klinis payudara minimal satu tahun sekali agar bisa mendeteksi kanker payudara sedini mungkin.
5. Mammogram atau rontgen payudara bisa membuat kanker payudara makin parah
Mammogram atau rontgen tidak membuat kanker payudara menyebar. Menurut National Cancer Institute, manfaat mamografi lebih besar dibandingkan bahaya dari paparan radiasi karena dosis radiasi yang dibutuhkan mammogram sangat kecil, sehingga risiko paparannya sangatlah rendah.
6. Perempuan dengan mutasi gen BRCA1 idap kanker payudara
Ada anggapan bahwa semua perempuan yang mewarisi mutasi gen berbahaya BRCA1 lima kali lebih memungkinkan mengidap kanker payudara dibanding yang tidak mewarisi mutasi tersebut. Faktanya tidak semua perempuan dengan kondisi berbahaya ini berisiko idap kanker payudara. Tindakan proaktif bisa mengurangi risiko termasuk terapi hormonal.
Dikutip dari alodokter ada berbagai faktor risiko dari kanker payudara seperti bertambahnya usia, paparan radiasi, berat badan berlebih, melahirkan di atas usia 30 tahun, belum pernah hamil, belum mengalami menopause di usia 55 tahun, menstruasi terlalu dini di bawah 12 tahun, menjalani terapi estrogen dan progesterone, pernah menderita kanker payudara sebelumnya, mengonsumsi alkohol, serta merokok.
Tidak semua faktor risiko di atas memicu kanker payudara. Menjaga pola hidup sehat dan rutin memeriksakan diri dapat meminimalisir risiko kanker payudara. (YSN)