Scroll untuk baca artikel
Blog

Abdul Haris Menjadikan Hidroponik sebagai Media Edukasi

Redaksi
×

Abdul Haris Menjadikan Hidroponik sebagai Media Edukasi

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Hidroponik menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin bercocok tanam, meski tak memiliki lahan. Budidaya hidroponik masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an. Kemudian, Bob Sadino mengaplikasikan budidaya hidroponik untuk sayuran pada skala industri di tahun 1982 dengan menggunakan lahan seluas 2,5 hektar.

Kini, hidroponik bukan hanya menjadi teknik pertanian di skala industri, namun juga untuk keperluan rumahan bahkan media pembelajaran, sebagaimana yang dilakukan oleh Piri Farm.

Menurut pengelola Kebun Hidroponik Piri Fam Drs. Abdul Haris, M. Pd. bercocok tanam dengan media hidroponik menjadi lebih sehat, bersih dan sebagai alternatif bagi yang tidak punya lahan bercocok tanam.

Haris menyebut jika ia mempelajari tehnik hidroponik dari teman dan secara otodidak. Adapun tanaman yang ditanam ialah aneka sayuran seperti pokcay, green pokcay, selada, funcen, samhong, romaine, tomat, kangkung, serta bayam.

Sejak September 2020, Haris mengatakan Piri Farm bersama relawan JPSM (Jejaring Pengelola Sampah Mandiri) Kota Yogyakarta menjadikan hidroponik sebagai media edukasi, rekreasi serta produksi dengan memanfaatkan rooftop (atap) sekolah.

“Piri Farm sendiri hanya merupakan sarana untuk supporting bagi character building school karena keprihatinan kita adalah menurunnya karakter siswa. Sekolah dan lingkungan terbukti tidak mampu membangun karakter unggul tanpa trigger dengan metode yang tepat,” kata Haris kepada Barisanco, Jumat (6/3/2021).

Rencananya, lanjut Haris, pada tahap awal, siswa akan dikenalkan dan mendapatkan training dengan metode learning by doing. Kemudian, dilakukan seleksi. Bagi siswa yang berminat untuk jadi relawan akan dipilih oleh Piri Farm.

“Aturannya sederhana harus jujur dan sregep (rajin red-). Jika ketahuan tidak jujur, langsung keluar dari relawan,” tegas Haris.

Saat ini hanya untuk sekolah di bawah Yayasan Piri. Nantinya akan  diperluas bagi siswa non PIRI yang berminat.

Dalam perjalanannya, hasil panen yang didapat ada yang dijual bagi yang melakukan pemesanan atau juga panen sendiri.

“Sebagian juga kita bagikan secara gratis ke beberapa pihak yang melakulan kegiatan sosial, seperti Jumat berkah atau pihak mengurus isolasi Covid. Tiap jumat pagi kita ikut Pasar Tani di Dinas Pertanian DIY,” ujar pria kelahiran 1967 tersebut.

Piri Farm sendiri telah merancang konsep character building school sejak awal 2019 dan sudah mulai diimplementasikan pada angkatan pertama. Akan tetapi dikarena pandemi, belum dapat maksimal. Sehingga saat situasi telah normal kembali konsep yang digunakan ialah yang telah disusun sebelumnya.

“Kita sudah punya konsep character building school yang memang disiapkan sejak awal 2019 untuk kondisi normal. Jadi, kita akan implementasikan konsep yang sudah kita susun,” pungkas Haris. []