Scroll untuk baca artikel
Blog

Afrizal Malna Tidak Bisa Membuat Kalimat

Redaksi
×

Afrizal Malna Tidak Bisa Membuat Kalimat

Sebarkan artikel ini

Oleh: Eko Tunas

(Budayawan dan Sastrawan)


Barisan.co – Kurator buku kelompok 100 tidak memasukkan Afrizal Malna, sebab menurutnya Afrizal belum bisa membuat kalimat. “Dalam hal mendasar begitu saja tidak bisa, masa saya masukkan,” cetusnya.

Siapa dan bagaimana si kurator. Seorang penyair yang initialnya mirip AHY. Binhad Nurrohmat yang menyatakan mengundurkan diri dari buku itu, menyebutnya sebagai kurator bocor.

Dibilang bocor, sebab menurut Binhad: terlalu banyak cakap. Dalam artian, menilik bahasanya dalam wacana kelompok 100 tampak kalau itu bahasa orang bocor — entah kurator yang lain.

Termasuk saat belakangan Binhad menyebutnya sebagai arogan, karena pemblokiran FB.


Kalau karya Afrizal dianggap tidak bisa membuat kalimat, bagaimana dengan kewibawaan redaksi yang pernah memuat karya Afrizal.

Sebutlah satu koran saja, Kompas, yang kerap memuat tulisan Afrizal. Tidak hanya puisi, tapi juga cerpen dan esai. Bagaimana kapasitas redaksinya yang memuat tulisan yang: membuat kalimat saja masih salah-salah.

Bagaimana pula profesionalisme lembaga-lembaga nasional mau pun luar negeri yang pernah memberi hadiah untuk buku Afrizal Malna.

Saya kira, tingkat kebocoran dan arogansi orang itu telah sampai pada tingkat pandemi. Dan saya memang mencium, kelompok orang ini ada dalam bahaya wabah yang mencemaskan massa — entah dari sononya atau ora biso nyonggo derajat.


Lalu kalau Afrizal Malna ditolak, mengapa para pengekor Afrizal diikutkan dalam rencana buku itu. Untuk ini kita boleh berseru: hai para ekor, ngaku luuuh!

Seperti kita ketahui, pada sejak tahun 1990-an terjadi epigonisasi ‘afrizalian’. Dunia sastra kita mengalami demam Afrizal, dengan munculnya ekor-ekor Afrizal. Heran saja, orangnya satu ekornya seratus lebih.

Saya bisa menyebut nama-nama ekor itu, tapi tidak usahlah — nanti nda dikira cumbak tutukan. Termasuk para pengekor Teater Sae yang Afrizal sebagai konseptornya.

Dalam satu kesempatan ngobrol di TIM kepada Afrizal Malna saya berkata, “bagaimana Zal, para ekormu malah lebih sukses dan kaya dari kamu…”
Afrizal cuma tersipu.

Begitulah nasib sastrawan yang menurut kurator bocor: menulis kalimat saja salah muluuk.***