Scroll untuk baca artikel
Terkini

Ahli Hidrologi Unsoed: Fenomena Penurunan Permukaan Tanah Terjadi di Hampir Semua Daerah Pesisir

Redaksi
×

Ahli Hidrologi Unsoed: Fenomena Penurunan Permukaan Tanah Terjadi di Hampir Semua Daerah Pesisir

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Belum lama ini, Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengeluarkan pernyataan yang memprediksi Jakarta tenggelam pada tahun 2030. Ahli hidrologi Universitas Jenderal Soedirman, Yanto, Ph.D, mengatakan, fenomena penurunan muka tanah terjadi di hampir semua kota di daerah pesisir.

Penurunan tanah ini terjadi karena lapisan tanah di daerah pesisir terbentuk dari material sedimentasi, umumnya dari jenis lempung atau lanau, yang memiliki ukuran butir kecil dan mudah bergerak ketika menerima beban eksternal.

Yanto menyebut di Pulau Jawa, penurunan tanah juga terjadi di hampir semua kota di pantai utara Jawa. Hal ini merespon pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang menyebut  sekitar 45% wilayah Kota Pekalongan terancam tenggelam akibat penurunan permukaan tanah yang akan terjadi dalam beberapa puluh tahun ke depan.

“Laporan pemantauan penurunan tanah di beberapa kota besar di Jawa oleh Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh (Pusfatja) LAPAN menyebutkan terjadinya penurunan tanah bervariasi pada periode 2015 – 2020. Pada periode tersebut, penurunan tanah di Jakarta diperkirakan sebesar 0,1 – 8 cm, di Bandung sebesar 0,1 – 4,3 cm, di Cirebon sebesar 0,28 – 4 cm, di Pekalongan sebesar 2,1 – 11 cm, di Semarang sebesar 0,9 – 6 cm dan di Surabaya sebesar 0,3 – 4,3 cm,” kata Yanto kepada Tim Barisanco (15/8/2021).

Yanto melanjutkan, meski pun terjadi di berbagai tempat, penurunan tanah di Jakarta memang mendapat perhatian yang lebih luas.

“Terutama karena daerah-daerah tersebut berpotensi tenggelam, bukan hanya karena penurunan tanah, namun juga karena kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim global. Termasuk terakhir dari Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. Hal ini karena Jakarta adalah ibukota negara, daerah yang diperkirakan tenggelam lebih luas dan masyarakat terdampak juga akan jauh lebih banyak,” terang Yanto.

Sehingga, menurut Yanto, meski nasib yang dialami oleh kepala daerah di beberapa provinsi di Jawa serupa, namun tingkat tekanan terhadap permasalahan tersebut memang paling tinggi dialami oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. [rif]