BARISAN.CO – Akhirnya, teka-teki posisi Roman Abramovic terjawab. Melalui laman resmi Chelsea (27/2/2022), ia mengumumkan keputusannya untuk meletakkan pengelolaan The Blues pada pengurus Yayasan Amal Chelsea.
Taipan Rusia itu terkena imbas konflik Ukraina-Rusia. Dirinya disebut-sebut memiliki kedekatan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Bahkan, disinyalir ia turut berperan membantu Putin saat mencaplok Krimea pada 2014 lalu.
Itu sebabnya, ketika Rusia dikenakan sanksi oleh Pemerintah Inggris lantaran Inggris berpihak pada Ukraina. Namanya pun ikut diseret oleh sejumlah pihak, salah satunya anggota parlemen dari Partai Buruh Inggris, Chris Bryant yang getol hendak memasukkan pemilik Chelsea itu ke dalam daftar pengusaha yang dikenakan sanksi juga, dikutip dari The Athletic.
Maka itu, selama proses itu, fans Chelsea dibuat ketar-ketir, sampai akhirnya pernyataan Abrahamovic muncul dan menjadi titik terang posisi Chelsea. Sebab, sebagai pemilik klub, setiap hal yang ia putuskan bakal berdampak pada Chelsea ke depan.
Apalagi, sempat santer beredar, The Blues hendak dilego oleh sang pemilik. Gayung bersambut, melansir dari Times, pemilik INEOS, Sir Jim Ratcliffe dikabarkan siap merogoh kocek dalam untuk menebusnya.
Pesan Perpisahan
Perpisahan bagi siapapun terasa berat untuk diterima, walaupun semua orang sadar bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Begitulah hal pahit yang mesti diterima oleh fans Chelsea.
Makluk, sejak dibeli Abramovic pada Juli 2003, The Blues menjelma menjadi tim papan atas Liga Inggris. Pada musim sebelumnya, 2002/2003, Chelsea hanya bertengger di posisi 6 pada klasemen akhir.
Namun, kemudian, sejak beralih kepemilikan, di musim 2003/2004, The Blues menjadi runner up, dan di musim selanjutnya mereka menjadi juara Liga Inggris.
Tentu, uang yang digelontorkan oleh Abramovic untuk memoles Chelsea tidaklah sedikit. Di awal saja, ia langsung mendatangkan pelatih yang baru saja mengantarkan anak asuhnya juara Liga Champions, Jose Mourinho.
Mourinho luluh dengan iming-iming gaji yang menjadikannya sebagai pelatih termahal di dunia saat itu. Selain itu, dirinya diberikan keleluasaan untuk berbelanja pemain baru dengan anggaran yang sangat besar.
Pemain-pemain baru kemudian berdatangan ke Chelsea, mulai Didier Drogba, Juan Sebastian Veron, Hernan Crespo, Ashley Cole, Claude Makelele, dan masih banyak pemain lainnya.
Itulah sebabnya, mundurnya Abramovic tak mudah diterima oleh fans The Blues. Begitupun dengan dirinya, melepas Chelsea adalah pilihan yang sulit. Tapi, itulah ujian cinta yang harus ia terima.
Sebagai pemilik klub, tak jarang ia melihat langsung permainan klubnya di Stamford Bridge. Maka itu, tak ada yang menyangkal dedikasinya yang besar untuk klubnya.
Benar apa kata Abramovic, selama dua dekade jatuh bangun bersama Chelsea, “saya selalu melihat peran saya sebagai pelindung klub, yaitu memastikan bahwa kita sukses seperti hari ini”, tuturnya dikutip dari laman Chelsea FC.
“Saya selalu mengambil keputusan berdasar kepentingan terbaik Klub”, lanjutnya. Maka dengan komiten itu, ia menyerahkan The Blues pada Yayasan amal Chelsea untuk tetap merawat Chelsea, di dalamnya ialah pemain, staf, dan para penggemar.
Akhirnya, era Abrahamovic usai. Selama 19 musim bersama Chelsea, sudah 21 trofi yang ia bawa ke Stamford Bridge. Diantaranya, 5 kali Premier League (2005,2006,2010,2015,2017), 5 kali Piala FA (2007,2009,2010,2012,2018), 3 kali Piala Liga Inggris (2005,2007,2015), 2 kali Community Shield (2005,2009), 2 kali Liga Champions (2012,2021), 2 kali Liga Europe (2013,2019), Piala Super Eropa (2021), dan Piala Dunia Antarklub (2021). [rif]