Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Senggang Tokoh & Peristiwa

Aktor dan Sastrawan Ikranegara Meninggal Dunia, Begini Perjalanan Hidupnya

:: Thomi Rifai
7 Maret 2023
dalam Tokoh & Peristiwa
Aktor dan Sastrawan Ikranegara Meninggal Dunia, Begini Perjalanan Hidupnya

Aktor senior Ikranagara meninggal dunia dalam usia 79 tahun (Foto: FFI)

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Kabar duka datang dari industri film tanah air. Aktor senior sekaligus sastrawan Ikranegara meninggal dunia di usia 79 tahun pada Senin (6/3/2023).

Kabar duka tersebut dibagikan oleh sang anak, Innosanto Nagara, dalam akun Facebook-nya.

“Berita duka. Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Telah berpulang ke Rahmatullah, Suami, Ayah, Datuk tercinta kami: H. Ikranagara pada usia 79 tahun di Bali,” tulis Innosanto Nagara dikutip Selasa (7/3/2023).

Dia mengembuskan napas terakhir di Pulau Dewata setelah sempat berjuang sembuh melawan sakit.

BACAJUGA

hatedu

Hatedu dan Teater yang Hilang

24 Maret 2023
ulang tahun teater lingkar

Ulang Tahun Teater Lingkar ke 43

11 Maret 2023

Ketua Humas PARFI, Evry Joe, menyebut Ikranagara sempat tinggal di Amerika Serikat. Namun berhubung jatuh sakit, maka dia pun memutuskan untuk kembali ke Bali dan meninggal di sana kemarin.
“Sakit beliau 4 tahun ini sakit stroke dan beliau pindah ke Bali karena asalnya di Bali,” jelas Evry Joe.

Profil Ikranagara

Mengutip dari laman kemendikbud.go.id, Ikranagara, dramawan, pernah menjadi pemimpin Teater (Siapa) Saja. Dia tergolong seniman yang serba bisa.

Anak pertama dari sepuluh bersaudara ini dilahirkan di kota Negara, daerah Loloan, suatu perkampungan muslim di Bali Barat, 19 September 1943.

Ibunya berdarah Jawa-Bali, bekerja sebagai guru sekolah rakyat pada zaman revolusi, dan ayahnya berdarah Makassar-Madura, bekerja sebagai pedagang kelontong.

Dia belajar membaca dan tafsir Alquran, tajwid, serta buku kuning pada seorang kiai di salah satu pesantren di Loloan.

Tahun 1969, ketika masih menjadi “seniman gembel” di TIM, ia bertemu dengan seorang gadis dari California bertitel M.A., Kay Glassburner, yang sedang mengadakan penelitian sosiolingustik tentang dialek Betawi.

Tahun 1970 mereka menikah dan dari pernikahan itu mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki, Inosanto (lahir 1970) dan Bino (lahir 1980). Di lingkungan keluarga, mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari.

Pendidikan

Saat bersekolah di SR, ia mempunyai kawan yang ayahnya seorang dalang. Dari ayah temannya itulah ia banyak mengenal istilah pewayangan, profesi dalang, dan berbagai cerita, seperti Ramayana dan Mahabarata.

Karena ikut ayah temannya mendalang, ia sering bolos mengaji. Setamat SR, ia melanjutkan pendidikannya ke SMP lalu ke SMA-B di Singaraja.

Ikranagara merasa beruntung karena ketika masih kecil, ibunya aktif membelikan buku-buku, novel, dan berlangganan buku terbitan Balai Pustaka. Waktu itu di kota kecil, tempat kelahirannya, jarang orang membaca buku seperti yang dilakukan keluarganya.

Ketika ia bersekolah di SMA, kepala sekolahnya juga selalu meminjamkan bukunya karena tahu bahwa Ikra sangat tergila-gila pada buku.

Setelah tamat SMA, ia melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada (UGM), menyusul Putu Wijaya yang telah lebih dahulu menjadi mahasiswa Fakultas Hukum di sana. Baru setahun mengikuti kuliah di fakultas itu, ia pindah ke Fakultas Kedokteran.

Tahun 1966, setelah terjadinya peristiwa G-30-S/PKI yang berkaitan dengan terjadinya pergolakan mahasiwa, suasana berkesenian benar-benar lumpuh. Dia ikut berdemonstrasi, bahkan ia dipercaya sebagai penghubung Yogyakarta-Jakarta. Ketika suasana bertambah gawat, ia kembali ke Bali. Karena kesepian dan kuliahnya berantakan, ia pindah ke Jakarta.

Di Jakarta ia masuk Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, dengan maksud agar memperoleh pengetahuan untuk kesenian. Namun, di fakultas tersebut ia juga merasa jenuh dan kuliahnya tidak pernah selesai.

Tahun 1973 ia berangkat ke Hawaii mendampingi istrinya yang akan menyelesaikan program Ph.D.-nya. Mereka tinggal bersama mertuanya, tetapi Ikra berkeliling ke sana kemari. Kesempatan itu dipergunakannya untuk memperdalam pengetahuannya di East West Centre, Universitas Hawaii. Setelah istrinya meraih gelar Ph.D., tahun 1975, mereka kembali ke Indonesia.

Berawal Karena Iseng

Setelah beberapa tahun bergabung bersama Teater Kecil, pimpinan Arifin C. Noer, tahun 1974 ia mendirikan sebuah grup teater yang bernama Teater (Siapa) Saja.

Tahun 1979 ia bertugas sebagai dosen tamu di Universitas California di Davis, Universitas Ohio, dan Universitas Michigan. Pada saat yang sama ia juga menjadi seniman tamu di Theatre Compesino (Los Angeles), Snake Theatre (San Fransisco), dan di Gafres Tire (Minneacles).

Berdasarkan laman resmi Festival Film Indonesia, Ikranagara memulai kiprah di dunia kesenian melalui drama dan puisi. Keterlibatannya di dunia film sendiri diakui Ikra karena faktor keisengan belaka.

Namun, dalam sepanjang kariernya, lebih dari 13 film telah ia bintangi, dimulai dari Bernafas Dalam Lumpur (1970), ada pula film dokumenter Djakarta 1966 (1980), hingga salah satu yang begitu membekas adalah Kejarlah Daku… Kau Kutangkap (1985).

Peran Markum dalam Kejarlah Daku… Kau Kutangkap membuat Ikranagara mendapatkan nominasi Piala Citra FFI untuk kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik.

Sekitar lebih dari satu dekade terakhir, Ikranagara juga berperan sebagai Pak Harfan dalam Laskar Pelangi dan sekuelnya, Laskar Pelangi 2: Edensor, kemudian Kakek Usman dalam Garuda di Dadaku (2009).

Ia juga berperan sebagai Hasyim Asyari di Sang Kiai (2013). Melalui film dan peran tersebut, Ikranagara kembali masuk nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik Festival Film Indonesia.

Dalam festival film lainnya, penghargaan pun berhasil Ikranagara raih, seperti Pemeran Pembantu Pria Terpuji Festival Film Bandung (2009), dan Pemeran Utama Pria Terbaik Indonesian Movie Award (2009). [rif]

Topik: FFIIkranegaraSastrawanTeater
Thomi Rifai

Thomi Rifai

POS LAINNYA

Mengenal Sepak Terjang dan Karya-Karya Sapardi Djoko Damono yang Jadi Google Doodle Hari Ini
Tokoh & Peristiwa

Mengenal Sepak Terjang dan Karya-Karya Sapardi Djoko Damono yang Jadi Google Doodle Hari Ini

20 Maret 2023
Konsistensi Fahmi Rosyadi Merintis Bisnis Agro Berbuah Manis
Tokoh & Peristiwa

Konsistensi Fahmi Rosyadi Merintis Bisnis Agro Berbuah Manis

20 Maret 2023
Awal Mula Jull Takaliuang Putuskan Menjadi Aktivis Penolak Tambang
Sosok

Awal Mula Jull Takaliuang Putuskan Menjadi Aktivis Penolak Tambang

11 Maret 2023
Ilhan Omar, Anggota Kongres Amerika yang Tetap Merasa Jadi Orang Biasa
Sosok

Ilhan Omar, Anggota Kongres Amerika yang Tetap Merasa Jadi Orang Biasa

1 Maret 2023
Profil Asep Saepudin Jahar, Rektor Baru UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tokoh & Peristiwa

Profil Asep Saepudin Jahar, Rektor Baru UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1 Maret 2023
Mengingat Kembali Pembantaian Khojaly di Azerbaijan
Tokoh & Peristiwa

Mengingat Kembali Pembantaian Khojaly di Azerbaijan

28 Februari 2023
Lainnya
Selanjutnya
Berontak Sebagai Syarat kehidupan

Jatam Rilis Buku Berontak Sebagai Syarat Kehidupan, Kisah 4 Perempuan Melawan Industri Tambang

Menghidupkan Malam Nisfu Sya’ban

Cara Menghidupkan Malam Nisfu Sya’ban Sesuai Petunjuk KH Sholeh Darat

TRANSLATE

TERBARU

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?
Sosial & Budaya

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?

:: Thomi Rifai
27 Maret 2023

BARISAN.CO - Mukena merupakan salah satu busana yang sudah lama dipakai oleh kaum hawa, terutama para muslim wanita di Indonesia...

Selengkapnya
putra nabi muhammad

Putra-Putri

27 Maret 2023
Melemahnya Gerakan Sipil

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

27 Maret 2023
Kisah Umar bin Khattab Membantak Malaikat Munkar Nakir

Kisah Umar bin Khattab Membentak Malaikat Munkar Nakir di Alam Kubur

27 Maret 2023
Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

26 Maret 2023
Lainnya

SOROTAN

Melemahnya Gerakan Sipil
Opini

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

:: Pril Huseno
27 Maret 2023

Melemahnya Gerakan Sipil

Selengkapnya
Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

25 Maret 2023
pelarangan thrifting

Drama Pelarangan “Thrifting” Import

25 Maret 2023
Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

24 Maret 2023
Larangan ASN Buka Puasa Bersama

Larangan ASN Buka Puasa Bersama Tidak Konsisten dengan Narasi Pemulihan Ekonomi

24 Maret 2023
Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

22 Maret 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang