Setelah itu aku Golput setiap pemilu. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mencoba aktif di PBB menjelang pemilu tahun 2014. Karena saat itu aku melihat ada harapan perubahan pada paslon Prabowo-Hatta Rajasa. Pada pemilu tahun 2014 itu PBB ada di barisan koalisi Prabowo-Hatta Rajasa. Sikap politikku saat itu, yang penting bukan Jokowi. Feelingku aku mengendus ketidakberesan pada orang ini. Padahal saat itu banyak orang mengelu-elukan sebagai sosok pembawa perubahan, merakyat, dan kemajuan.
Sebagai Ketua partai yang berseberangan dengan koalisi partai penguasa, tahun 2018 Yusril terlihat gagah dengan orasi-orasi penentangan kepada Jokowi. Jauh sebelumnya, sering sekali YIM mengkritik pemerintahan Jokowi. Saat itu aku bangga menggunakan atribut partai Bang Yusril ini.
Aku, dan bukan cuma aku barang kali. Para simpatisan dadakan PBB terkejut begitu elit partai yang dinahkodai Bung Yusril memutuskan masuk partai koalisi pengusung paslon Jokowi Ma’ruf pada pemilu tahun 2019. Karena kecewanya, kaos PBB pemberian senior aku lemparkan aku jadikan lap kaki. Padahal kaos bagus, tebal. Sepertinya limited edition.
Setelah kecewa terhadap PBB, aku kembali tertarik kepada PKS. Aku menilai PKS konsisten menjadi oposisi. PKS terlihat memperjuangkan aspirasi umat. Kesan gagah sebagai oposan ditunjukkan dengan mengusung Anies Baswedan di Pilgub DKI tahun 2017 dan Pilres 2024. Muncullah semboyan “aku menerima segala kekurangan PKS”. Semboyan ini aku munculkan karena aku menyadari PKS adalah partainya manusia. Kalau ada salah-salah sedikit ya dimaklumi saja.
Semboyan itu benar-benar aku wujudkan. Aku sudah menyatakan akan bergabung PKS kepada teman yang menjadi Ketua Ranting. Tapi sampai saat ini belum direspon. Sampai aku berkata : “susah juga ya masuk PKS ?”.
Di lapangan aku selalu mempromisikan caleg dan Partai ini. Tidak cukup dengan himbauan lisan kepada orang yang aku kenal, sesekali aku menulis imbauan itu di status WA-ku. Puncaknya aku menulis essay tentang PKS di media online (barisan.co). Karena keseriusanku juga, aku bergabung menjadi saksi PKS dan paslon AMIN di TPS lingkunganku.
Setelah pemilu sikap dan apresiasiku belum berubah. Rasa ingin bergabung ke PKS tetap tinggi. Keinginan itu tetap aku sampaikan setiap bertemu dengan pengurus Ranting Kebayoran Lama. Jawabannya : “ente kan udah menyatakan siap ngaji a la PKS.
Jawaban itu berlalu ditelan waktu dibarengi rasa heranku kenapa aku tak kunjung juga diterima menjadi anggota. Sampai akhirnya muncullah pernyataan petinggi PKS untuk bergabung dengan “seteru” politiknya di pilpres 2024. (bersambung) … [rif]