Mendadak, pagi indah itu terusik ketika tiba-tiba aku teringat banyak sekali alam indah di pelosok negeri yang rusak dijamah kerakusan. Terakhir kasus Wadas malah bak tentara kolonial dengan jumawa mengoyak moyak ketenangan desa. Tragis dan sedih.
Alam perdesaan dengan pohon, tanah, rumput, umbi-umbian, padi, sungai deras nan bening dan makhluk ciptaan Tuhan lain sesungguhnya sebuah sistem kehidupan teramat unik dan indah. Rangkaian ratna mutu manikam persembahan Sang Khalik kepada manusia pengemban amanah-Nya sebagai khalifah di muka bumi.
Sistem ekologi tak terperikan canggihnya di luar batas kemampuan nalar manusia. Matahari si pemberi energi. Sinar kehidupan pagi memberikan kehidupan bagi bunga, pohon dan daun. Rumput putri malu pun tegak menyapa mentari. Kelopak bunga bermekaran terkena sinar kehidupan. Terus mekar untuk bertumbuh dan berkecambah bagi putik dan daun.
Lalu hangat sinar mentari menyapa laut, meminta izin menghisap airnya ke atas. Bahan baku bagi bumi sebagai siraman kesejukan nantinya. Lautpun tak marah kepada matahari karena setiap hari airnya dihisap. Matahari tak gusar kepada awan menjelang hujan, mendung menghalangi pancaran sinarnya. Dan tibalah saatnya awan memuntahkan seluruh cadangan airnya ke bumi.
Menyiram pepohonan, rumput kering, sungai, telaga, padi di sawah ladang, kebun buah-buahan, jalan raya dan kepala-tubuh setiap orang terutama anak-anak. Menciptakan riang sorak sorai menyambut air hujan. Tanaman dan pohon basah oleh air hujan, berkesempatan menambah daya tumbuh bagi putik, bunga-daun dan ranting untuk bermekaran dan menjulang. Padi menjadi semakin berisi tuk kemudian dipanen bagi makanan segenap umat manusia.
Begitulah sistem ekologi berjalan setiap hari setiap saat dimulai dari hangatnya mentari pagi. Apakah kamu tidak mampu berpikir dan mencerna dengan baik apa-apa yang telah Tuhan beri? Fabiayyi a’laa irobbikumaa Tukadzibaan?
Kuakhiri kekecewaanku setelah terlintas segenap rasa murka, marah kepada sifat tamak manusia. Gampang terpedaya hawa nafsu setan dalam mengeksploitasi lingkungan alam, lingkungan hidup manusia. Sungguh rendah, nafsu teramat rendah.
Di kampung terasing ini, semua amat menghargai alam tempat kehidupan. Dilarang menebang pohoh, merusak rerumputan, membongkar tanah untuk hal tidak perlu. Ritual adat sedekah bumi kerap diadakan sebagai rasa syukur kepada Sang Pemberi Kehidupan. Sebagai pertanggungjawaban kepada alam, dari insan pengemban amanah di muka bumi.
Tafsir pengemban amanah betul-betul dipraktikkan. Tidak menuruti nafsu hewani seperti para pengusaha tambang buas dalam mengeksploitasi bumi tanpa tahu malu sedikitpun kepada alam si pemberi kehidupan. Mereka pikir darimana mereka makan dan bisa hidup kalau tidak dari alam raya?