Scroll untuk baca artikel
Blog

Ancaman Childfree di Era Milenial

Redaksi
×

Ancaman Childfree di Era Milenial

Sebarkan artikel ini

Meski sepemikiran, alasan yang dimiliki Kei dan Lilia untuk tidak punya anak cukup berbeda. Untuk Kei, ia merasa bahwa beban tanggung jawab moral yang datang dengan membesarkan anak supaya sukses di kemudian hari terlalu berat baginya. Sementara, Lilia merasa bahwa membesarkan anak akan memerlukan pengorbanan yang besar, terutama dari sisi waktu dan tenaga yang diberikan. dia merasa dia enggak mau menghabiskan waktu untuk membesarkan anak. Dia masih punya banyak mimpi dan banyak hal yang mau dicapai (Husada, 2023). Umumnya terdapat banyak faktor para pasutri memutuskan untuk childfree selain dari alasan diatas yaitu, factor ekonomi, mental, pengalaman, budaya dan populasi.

Penyebab dan Solusi

Banyak penyebab seseorang memilih menjadi childfree. Salah satunya karena kurangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan mengasuh dan mendidik anak menjadi salah satu kekhawatiran terbesar dan sering dialami oleh generasi milenial yang dalam proses pernikahannya memilih untuk tidak memiliki anak atau childfree.

Dalam perspektif agama Islam, yang dikenal dengan agama rahmatan lil’alamin, di mana berbagai hal diatur hidup dari yang terkecil sampai yang terbesar. Islam hadir sebagai jawaban atas permasalahan tersebut dihadapi umat manusia dari waktu ke waktu. Untuk mengetahui tanggapan Islam tentang hukum childfree maka umat manusia dapat belajar dari berbagai teks dan pemikiran para faqih di dalam menginterpretasikan childfree.

Salah satu tujuan pernikahan yang disyariatkan Islam adalah untuk mendapatkan keturunan. Keturunan diartikan sebagai memiliki anak keturunan dari perkawinan yang terjadi antara pria dan wanita. Pada kasus ini, Allah SWT menjelaskan dalam firmannya (Al-Qur’an) yaitu terdapat pada Q.S An-Nisa: 1, An- Nahl :72, Ar-Ro’d: 38 dan banyak surah dalam Al-Qur’an  lainnya.

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, Allah SWT mengingatkan manusia akan asal usul kejadiannya yaitu dijadikan dari jiwa yang satu. Kemudian menikah, mewarisi, menanggung hak dan kewajiban, berketurunan dan lain sebagainya. Secara khusus bisa dipahami bahwa ayat diatas menjelaskan bahwa memiliki keturunan adalah salah satu tujuan dari pernikahan.

Pada hakikatnya, memiliki anak adalah sebuah fitrah didalam pernikahan, bahkan seorang anak merupakan sebuah rezeki yang allah turunkan bagi orang-orang yang berhak atas rezeki tersebut, terdapat banyak pasangan suami istri yang sangat menginginkan anugerah rezeki berupa anak akan tetapi allah belum mengizinkan hal tersebut.

Hal ini sangat kontradiktif dengan adanya childfree, dimana seseorang mampu untuk memiliki anak akan tetapi memutuskan untuk menunda bahkan menghindar memiliki anak dengan alasan id, dan ego yang mereka miliki. Permikiran dan praktik childfree jelas bertentangan firman Allah SWT dan fitrah manusia dan karenanya harusdiluruskandandihindari.