Kitab Perjanjian Baru, Yudas memperlihatkan 30 potong perak kepada Tuhan Yesus.
BARISAN.CO – Arti angka 30 menurut Annemarie Schimmel dalam buku buku Misteri Angka-Angka dalam berbagai Peradaban Kuno dan Tradisi (Agama Islam, Yahudi, dan Kristen) menyebut angka ini berkaitan dengan keteraturan dan keadilan.
Annemarie Schimmel menuliskan bahwa di Roma Kuno untuk menjadi penginjil seseorang harus berusia 30 tahun, dan menurut tradisi-tradisi Yahudi dan Kristen, Musa dan Yesus mulai menyebarkan ajarannya pada usia tersebut.
Gubernur-gubernur yang disebutkan dalam Kitab Perjanjian Lama berasal dari 30 anak gubernur Jair yang menaiki 30 keledai dan memiliki 30 kota (Hakim-hakim 10.:4), sedangkan Samson di sebuah pestanya menjanjikan kepada 30 orang, 30 jubah dan 30 pakaian pesta bila mereka bisa menjawab teka-tekinya (Hakim-hakim 14:11-12).
Sementara itu, dalam Kitab Perjanjian Baru, Yudas memperlihatkan 30 potong perak kepada Tuhan Yesus. Kemudian sebagian ahli tafsir berkesimpulan bahwa nilai manusia siapapun ia, termasuk raja adalah 29 dirham atau kurang, dan ‘harga’ Kristus sebenarnya tidak lebih dari 30 potong perak. Sebuah badalada berbahasa Jeman yang bernuansa kegembiraan karya Gottfried August Burger (w.1794) terkait dengan cerita tersebut.
Lebih lanjut Annemarie Schimmel menuliskan bahwa kaum teolog Kristen Abad Pertengahan awal seperti Pendeta Bede memakai penafsiran lain untuk menjelaskan mengapa, dalam kisah Sower (Matius 13:8), benih yang jatuh di tanah subur menghasilan ratusan, enam puluh, tiga puluh biji.
Penafsiran ini dijelaskan dengan cara berhitung yang menggunakan jari di mana angka 30 dan 60 diekspresikan dalam gambar-gambar tertentu dengan tangan kiri, sedangkan 100 digambarkan dalam wujud sebuah lingkaran yang dibentuk dengna ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
Angka 30 dan 60 yang digambarkan dengan tangan kiri masih belum lengkap, tetapi 100 telah lengkap dan menjadi simbol kehidupan abadi.
Makna Angka 30 dalam Islam
Bagi umat Islam, tentu akan mengenal angka 30 sebagai angka jumlah juz pada kitab suci Al-Quran yang berjumlah 30. Sedangkan pada juz 30 disebut surah-surah pendek yakni surah Al-Quran yang diturunkan di kota Madinah.
Adapun Al-Quran yang dibagi menjadi 30 juz itu dilakukan pada tahun 110 H yang dilakukan oleh Al Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Sedangkan latar belakang munculnya ide al-Quran dibagi menjadi 30 juz agar memudahkan umat Islam mengkhatamkan Al-Quran dalam sebulan.
Sedangkan ayat Al-Quran yang merujuk angka 30 terdapat dalam firman Allah Swt dalam surah Al-A’raf ayat 142:
وَوَٰعَدْنَا مُوسَىٰ ثَلَٰثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَٰهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَٰتُ رَبِّهِۦٓ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ۚ وَقَالَ مُوسَىٰ لِأَخِيهِ هَٰرُونَ ٱخْلُفْنِى فِى قَوْمِى وَأَصْلِحْ وَلَا تَتَّبِعْ سَبِيلَ ٱلْمُفْسِدِينَ
Artinya: “Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada saudaranya yaitu Harun: “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan perbaikilah, dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakan”.” (QS. Al-A’raf: 142).
Dari firman Allah Swt di atas angka 30 mengisahkan tentang Nabi Musa dan merujuk tiga puluh malam. Jadi cocokologi bahwa angka tiga puluh melambangkan angka malam, sedangkan malam identik dengan waktu orang beristirahat dan mendekatkan diri kepada Allah Swt. [Luk]