Scroll untuk baca artikel
Blog

Anies dalam Pusaran Gelombang Massa dan Gelombang Perubahan

Redaksi
×

Anies dalam Pusaran Gelombang Massa dan Gelombang Perubahan

Sebarkan artikel ini

Setelah saya pikir sejenak, ada benarnya juga. Misalnya dari kasus pembangunan jalur sepeda dan juga pembangunan trotoar di DKI Jakarta yang tidak dilanjutkan bahkan kedua program ini sampai dipangkas anggarannya.

Awalnya untuk pembangunan jalur sepeda dianggarkan Rp38 miliar dalam APBD 2023. Namun hanya disisakan sekitar Rp7 miliar itu pun buat perawatan dan evaluasi. Padahal Anies berharap Jakarta memiliki jalur sepeda sampai 500 kilometer.

Alasan yang disampaikan Penjabat Gubernur Jakarta Heru Budi Hartono bahwa Jakarta tidak bisa disamakan dengan Eropa dengan memperbanyak jalur sepeda. Ini sebuah alasan yang nir perspektif iklim dan lingkungan. Ada yang salah dengan penasihat gubernur di balaikota sepertinya.

Sepeda bukan soal Jakarta atau Indonesia versus Eropa. Ini soal peradaban dan soal paradigma berpikir global. Dunia sudah bicara lama soal perubahan iklim sementara penjabat gubernur justru berpikir mundur. Bersepeda selain soal kesehatan juga bagian dari kampanye untuk mencapai target Indonesia menuju zero emisi pada 2060.

Apakah Jakarta akan mengulang lagi sejarah lama yang membuat Indonesia terus berkubang dengan kemacetan dan polusi udara? Salah kebijakan bisa membuat Indonesia menghadapi bencana kesehatan dan kemanusiaan. Bila saat itu Indonesia tidak membunuh trem yang dibangun Belanda — yang jejak lintasannya bisa kita lihat sekarang di reruntuhan proyek pembangunan MRT Jakarta — mungkin Indonesia akan lebih beradab dan segera dengan bangsa Eropa. Apakah gubernur Jakarta akan mengulangi lagi kesalahan yang sama?

Pun, pembangunan trotoar yang awalnya dianggarkan Rp200 miliar kemudian dipangkas menjadi Rp171 miliar untuk 20 kilometer.

Malah ada seorang anggota DPRD Jakarta yang menyebut pembangunan trotoar harus dievaluasi alasannya justru membuat kemacetan. Alasan yang sangat naif dan dianggap bodoh tersebut menjadi bahan perisakan netizen.

Menurut mereka anggota Dewan tersebut tidak paham mengenai alasan di balik pembangunan trotoar yang lebar tersebut. Karen trotoar sekarang memang dibangun lengkap karena di sana juga ada bangku, untuk pejalan kaki dan juga jalur bagi disabilitas.

Alasan tersembunyi jalan semakin sempit adalah agar masyarakat lebih banyak menggunakan sepeda, angkutan umum dan tidak menggunakan kendaraan pribadi. Coba, seorang anggota Dewan saja bisa gagal paham soal seperti ini.

Dari sini kita melihat sebenarnya, siapa yang membangun peradaban. [rif]