Scroll untuk baca artikel
Kolom

Anies versus Kompas, Siapa yang Dipermalukan?

Redaksi
×

Anies versus Kompas, Siapa yang Dipermalukan?

Sebarkan artikel ini

Kemarin, sambung Anies, beberapa pemimpin Kompas menjelaskan bahwa penempatan foto itu adalah kelalaian, tak ada niat framing buruk. “Memang disayangkan kesalahan mendasar seperti itu terjadi di media seperti Kompas yg pastinya memiliki mekanisme pengawasan berlapis,” ujar Anies.

“Hari ini, Kompas memasang berita baru yang menjelaskan secara lebih objektif terkait kedatangan saya ke KPK. Kompas hari ini memberi contoh kepada Kompas kemarin tentang bagaimana sebuah berita seharusnya ditulis,” tambahnya.

Dahulu, kata Anies, Kompas sebenarnya hendak diberi nama Bentara Rakyat. Namun Bung Karno memberi usul nama Kompas, karena kompas adalah penunjuk arah dan jalan.

“Kita berharap, filosofi nama Kompas ini terus dijaga. Apabila sebuah kompas berfungsi baik, maka kita lancar dan selamat mengarungi perjalanan. Apabila jarumnya terpengaruh oleh magnet (polar), maka ia tak lagi dapat menjadi penunjuk arah,” kata Anies.

“Saya memilih mempercayai penjelasan pemimpin di Kompas dan walau banyak yang menyarankan, saya memilih tidak membawa masalah ini kepada Dewan Pers. Namun, saya memilih tetap menyampaikan catatan ini pada publik agar bisa menjadi pengingat bagi kita semua dalam bernegara dan berdemokrasi,” pungkasnya.

Cara Anies dalam berperkara dengan media patut dicontoh. Tidak hanya elegan tapi juga berkarakter. Tidak harus diseret ke ranah Dewan Pers apalagi dilaporkan ke polisi. Berita ataupun artikel di koran adalah karya intelektual maka diselesaikan juga dengan cara-cara intelektual. Tidak hanya media yang berperkara akan terpacu untuk terus meningkatkan kualitas dan kredibilitasnya tetapi publik juga tereduksi dan semakin cerdas.

Kecuali memang media tersebut tidak mau berubah — bisa karena faktor ideologi, kepentingan politik dan ekonomi lima tahunan. Kalau itu pilihannya siap-siap gali kubur sendiri. [rif]