Scroll untuk baca artikel
Terkini

Apa Motif dan Bahaya Kepemilikan Senjata Api?

Redaksi
×

Apa Motif dan Bahaya Kepemilikan Senjata Api?

Sebarkan artikel ini

Seorang sopir di Jakarta terluka tak sengaja ditembak majikannya. Kepemilikan senjata di Indonesia kembali jadi sorotan.

BARISAN.CO – Kekerasan senjata adalah tragedi harian yang memengaruhi kehidupan individu di seluruh dunia. Lebih dari 500 orang meninggal setiap hari karena kekerasan yang dilakukan dengan senjata api, menurut Amnesty International.

Amnesty International menyebut, 44% dari semua pembunuhan secara global melibatkan kekerasan senjata. Sementara, ada 1,4 juta kematian terkait senjata api secara global antara tahun 2012 dan 2016.

Diperkirakan 2.000 orang terluka oleh tembakan setiap hari. Sedangkan, setidaknya 2 juta orang hidup dengan cedera senjata api di seluruh dunia. Di AS sendiri, hampir 134.000 orang ditembak dan terluka oleh senjata api pada tahun 2017.

Jumat lalu (17/2/2023), seorang sopir berinisial AM terluka dan harus dirawat di rumah sakit setelah tak sengaja tertembak senjata api (senpi) oleh majikannya (E) sendiri. Korban mendapati luka di bagian kepalanya.

Kejadian nahas itu berlangsung saat sopir mengendarai mobil di daerah Kebayoran Baru, Jakarta. Majikannya yang duduk di bangku belakang sebelah kiri sopir.

Menurut pihak kepolisian, pelaku tak sengaja menembak sopirnya saat hendak mengunci senpi, yang ada di dalam tas miliknya.

Pelaku yang terkejut langsung membawanya ke RS Mayapada. Saat ini pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di rumah tahanan (rutan) Polres Metro Jakarta Selatan.

Motif Kepemilikan Senjata Api

Survei Pew Research Center menemukan, 48 persen pemilik senjata mengatakan, mereka memiliki senjata terutama untuk perlindungan. Namun, data lain justru menunjukkan sebaliknya.

Menurut analisis tokoh-tokoh dari Survei Korban Kejahatan Nasional AS di Harvard University, orang-orang membela diri dengan senjata hampir 0,9 persen kejahatan dari tahun 2007 hingga 2011.

Sementara, David Hemenway, yang memimpin penelitian Harvard berpendapat, risiko memiliki senjata lebih besar daripada manfaat memilikinya dalam kasus yang jarang terjadi di mana Anda mungkin perlu membela diri.

“Rata-rata orang, pada dasarnya tidak memiliki kesempatan dalam hidup mereka untuk menggunakan senjata untuk membela diri. Tapi, setiap hari, mereka punya kesempatan untuk menggunakan senjata secara tidak tepat,” katanya.