Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Apakah Work Life Balance itu Mitos Belaka?

Redaksi
×

Apakah Work Life Balance itu Mitos Belaka?

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO Work life balance adalah kondisi dimana tanggung jawab pekerjaan dan hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan dalam porsi yang seimbang, kondisi yang ideal bukan? Tapi mungkinkah bisa diwujudkan?

Itulah kondisi yang dielu-elukan oleh para pejuang cuan, dimana dalam satu harinya mereka bisa fokus mencari nafkah tapi ada waktu luang untuk mereka terbebas dari beban pekerjaan. 

Sayangnya, makin kesini, teknologi semakin canggih, kerjaan sepert tidak ada habisnya dan nyaris tidak kenal waktu dan tempat.

Sewaktu-waktu, atasan bisa saja menghubungi dan menuntut untuk direspon, apesnya lagi-lagi soal kerjaan. Atau juga, sekarang surat-menyurat makin simpel lewat email, kita pun bisa membukanya dimana saja. Lagi-lagi, seringkali sudah pulang ke rumah pun kita masih terinterupsi dengan pekerjaan lantaran memerika email dari klien. 

Jadi, apakah cuma mitos belaka?

Harus diakui, work life balance dengan gambaran membagi dua waktu kehidupan antara waktu bekerja dan bebas bekerja agaknya sulit diwujudkan karena kecanggihan teknologi seperti penjelasan sebelumnya. Bahkan, memaksakan untuk menggapai work life balance malah bisa jadi stres sendiri.

Apalagi, pada kenyataannya, memang pekerjaan  kantor yang sedang sibuk sekali memaksa kita untuk memberi perhatian lebih. Pun sama halnya dengan kehidupan di luar itu, misalnya kehidupan keluarga juga kadang memerlukan perhatian khusus. Oleh karena itu, work life balance saat ini dapat diejawantahkan sebagai satu spektrum yang sama di hidup kita bukan dua sisi berbeda dari kehidupan.

Maksudnya, kita bisa coba melihat pekerjaan sebagai bagian dari hidup kita secara keseluruhan sama seperti bagian-bagian hidup lainnya, seperti keluarga, teman, dan juga pasangan. Namun, bukan berarti kita memasrahkan diri jadi budak korporat atau menganut sistem kerja kerja tipes.

Lantas, apa yang kita bisa coba lakukan di sini adalah ‘embrace the imbalance‘ alias terima aja ketidakseimbangan itu. Kita bisa mulai dengan berfokus pada apa yang sedang kita lakukan saat ini, misalnya hari ini kita mesti lembur kerja karena kita sedang menangani proyek penting yang harus dirampungkan segera. Kalau begitu mau tidak mau kita harus fokus dulu sama kerjaan kita, tanpa terganggu dengan pikiran atau hal-hal lain.

Sebaliknya, saat sedang menghabiskan waktu dengan keluarga, maka sebisa mungkin kita menikmati momen bersama itu dan coba memagari hal-hal lain merusak kebersamaan momen tersebut.

Setelah ‘embrace the imbalance’, selanjutnya maka coba lakukan manajemen waktu dengan membuat skala prioritas. Dari skala prioritas itu selanjutnya dapat disusun menjadi jadwal sehari-hari. Maka dengan begitu, agenda yang terjadwal akan memudahkan kita untuk fokus dan dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin sehingga tidak stres lagi, bukan?

Manfaat Manajemen Waktu untuk Work Life Balance

1. Urusan Pekerjaan, Keluarga, dan Pribadi Terpenuhi

Salah satu indikator bahwa kita sudah menggapai work life balance adalah terpenuhinya berbagai urusan pekerjaan, keluarga, dan pribadi. Terpenuhi yang dimaksud yakni kita mempunyai waktu, tenaga, serta uang untuk mencukupi ketiga hal tersebut.

2. Tidur yang Cukup

Manajemen waktu yang baik akan menyisipkan waktu untuk istirahat dengan cukup. Selain itu, dengan agenda yang terjadwal kita dapat menikmai waktu istirahat dengan nyaman tanpa terganggu dengan urusan lain.

3. Mempunyai Aktivitas Lain

Menggapai work life balance maka artinya kita memiliki waktu, tenaga, dan uang untuk menjalankan aktivitas lain, semisal bergabung ke komunitas, hangout, menikmati hobi, dan sebagainya.

Tentunya, masih ada banyak hal yang menjadi prioritas untuk kita penuhi sehingga menggapai work life balance. So, apakah work life balance adalah mitos belaka? [rif]