Kecerdasan buatan – AI – kini menjadi perhatian banyak pengamat lintas keilmuan, termasuk di dalamnya pendidikan. Pasalnya perkembangan kecerdasan buatan ini bisa melampaui cara kerja yang umumnya dilakukan manusia secara konvensional, menuju cara kerja berbasis teknologi digital.
Perkembangannya kemudian menarik kepada pertanyaan, apakah kecerdasan buatan ini akan “mengancam” eksistensi pendidikan atau sistem pendidikan? Sementara ini perkembangan kecerdasan buatan tersebut telah banyak mengeliminasi pekerjaan-pekerjaan, profesi, yang sebelumnya dilakukan oleh manusia (kecerdasan alami).
Namun, pada prinsipnya, kecerdasan buatan— AI — belum mampu menggantikan eksistensi manusia. Meski akan merubah banyak lanskap dunia kerja, AI juga menjadi bagian dari solusi problematika kehidupan manusia. AI akan sangat memengaruhi pikiran manusia melalui teknologi algoritma.
Masa depan pendidikan
Bagaimana halnya masa depan pendidikan dengan berkembangnya kecerdasan yang mereduksi jumlah ketergantungan manusia kepada sesama manusia? Karena jika hanya sekedar mempelajari satu atau lebih dari ilmu pengetahuan, AI dapat memfasilitasinya dengan lebih cepat daripada seorang guru, memiliki tingkat peningkatan optimasi dan akurasi yang lebih baik.
Merujuk kembali kepada pernyataan Yuval Noah Harari di atas, “hal yang paling penting untuk ditekankan dalam pendidikan adalah seperti kecerdasan emosional dan stabilitas mental. Karena satu hal yang pasti mereka butuhkan adalah kemampuan untuk menemukan kembali diri mereka sendiri berulang kali.”
Proses menemukan kembali secara berulang, bisa dilakukan juga oleh AI pada teknologi algoritma. Namun AI tidak mampu mengolah sesuatu yang abstrak, walaupun saat ini industri robot cerdas sudah mampu memproduksi ‘robot manusia’. AI bukan mesin yang mampu bekerja dengan dorongan dari dalam diri dengan pilihan yang bebas. AI mengumpulkan data untuk diolah, dipilah, diidentifikasi, kemudian memutuskan atau menyampaikan informasi lewat sistem pemograman yang sudah dibenamkan.
Sementara manusia dengan kecerdasan alaminya mampu melahirkan ide-ide kreatif yang tidak melalui induksi program secara eksternal, yaitu kreatifitas, yang diproduksi dari hasil imajinasi otak manusia. Hanya kreativitas yang tidak bisa dilakukan oleh AI.
Oleh karenanya masa depan pendidikan ditentukan oleh kemampuan memberi bentuk dan melahirkan penemuan-penemuan baru. Memfasilitasi peserta didik berimajinasi, serta mendidik anak-anak menjadi pribadi yang bermental tangguh dan berkarakter.