Pribadi yang magnanimity merupakan pribadi yang khalifah fil ardh, duta Tuhan di muka bumi. Ia selalu membayangkan bahwa sifat-sifat Tuhan, yang rahman dan rahim, itu menjelma dalam diri dan masyarakat.
Pertanyaan selanjutnya, mungkinkah cita Charlotte Mason yang demikian itu maujud dari bangku sekolah? Sistem persekolahan kita sekarang, apakah benar-benar berorientasi pada pengembangan individualitas, yang menghargai keunikan? Apakah pendidik bisa ngemong peserta didik? Bisa dan mau tut wuri handayani? Juga sanggup ing ngarsa sung tuladha kapan pun dan di mana saja?
Mari kita simpan dulu pertanyaan-pertanyaan yang bakal berderet panjang sekira diteruskan. Saya hanya pengin menyederhanakan mimpi, ya, paling tidak kita pantang bosan untuk menyajikan asupan bergizi buat jiwa anak.
Kita tidak usah larut dan terus-menerus menggerutu mutu pendidikan yang ada. Biaya mahal, minat baca rendah, dan sebagainya. Sebab toh kita tidak bisa mengubah. Maka, paling aman, ya, kita mengupayakan jiwa-jiwa anak terasupi nutrisi yang berkualitas. Karena, dari jiwa yang bertumbuh segarlah, sang diri aktual.
Sebaliknya, kita enggan menggosok jiwa, maka sang aku anak merana, dan bersinar redup. Bahkan kelak, tidak bisa kembali kepada Tuhan dengan riang gembira dan diridai oleh-Nya. Astaghfirullah![Luk]