Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Senggang Tokoh & Peristiwa Sosok

Awal Mula Jull Takaliuang Putuskan Menjadi Aktivis Penolak Tambang

:: Anatasia Wahyudi
11 Maret 2023
dalam Sosok
Awal Mula Jull Takaliuang Putuskan Menjadi Aktivis Penolak Tambang
Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Bagaimana awal mula Jull memutuskan menjadi aktivis penolak tambang?

BARISAN.CO – Jull Takaliuang menjadi salah satu aktivis perempuan yang vokal menolak PT Tambang Mas Sangihe (PT TMS) di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Namun, jauh sebelum itu, telah berjuang bersama aktivis lainnya menyelamatkan lingkungan dari cengkraman perusahaan tambang.

Perempuan yang akrab disapa Jull itu mengisahkan, awal mulanya menjadi sangat militan di sektor isu lingkungan, khususnya pertambangan bermula saat dia mulai bekerja di salah satu Non Government Organization (NGO).

Saat itu, dia turut mengadvokasi kasus Buyat yang melawan PT Newmont Minahasa Raya (PT MNR). Dia juga ikut memberikan program pemberdayaan perempuan dan anak di Buyat.

Melalui mata kepalanya sendiri, Jull menyaksikan betapa sangat menderitanya perempuan dan anak yang hidup di wilayah seputar tambang ketika wilayahnya itu tercemar. Dia melihat ibu-ibu menjadi lumpuh dan muncul benjolan. Begitu juga dengan anak-anak yang lahir cacat, kulitnya melepuh, mengalami kemunduran intelektual, tremor, dan kulitnya bersisik.

BACAJUGA

Menang di MA, Warga Sangihe Masih Harus Berhadapan dengan Penambang Ilegal

Menang di MA, Warga Sangihe Masih Harus Berhadapan dengan Penambang Ilegal

10 Februari 2023

“Parah banget pokoknya, jadi saya dengan mereka itu dari sekitar tahun 2005 sampai 2010. Jadi, intens dengan mereka untuk pengobatan, pendampingan, penguatan, melakukan semua advokasi, dan itu kemudian saya menjadi terinternalisasi dengan sendirinya dalam diri saya bahwa ini kejahatan kemanusiaan yang harus dilawan,” tutur perempuan berusia 50 tahunan tersebut kepada Barisanco.

Ketika ada persoalan tragedi kemanusiaan seperti itu, Jull menuturkan, biasanya menteri akan menetapkan ada Kejadian Luar Biasa (KLB), namun karena sebagai besar pemerintah lebih mengutamakan profit atau mungkin sudah mendapatkan keuntungan, maka persoalan kemanusiaan akan diabaikan.

Masyarakat Buyat tidak ditolong, namun Jull mengungkapkan, pemerintah justru sibuk membuat polemik dengan membuat seminar internasional, yang menyebut PT NMR tidak mencemari lingkungan.

“Bayangkan saja, sampai laboratorium forensik Mabes Polri saja yang menyatakan Teluk Buyat tercemar dinyatakan tidak terakreditasi pada waktu itu. Kemudian, tahun 2006 sampai 2007 lahir good will agreement yang difasilitasi Menko Kesra waktu itu, pak Aburizal Bakrie,” tambahnya.

Bagi Jull, ini merupakan tindak kejahatan, jika tidak ada yang berani bertarung nyawa sekali pun, maka akan banyak sekali korban, terutama perempuan dan anak yang paling rentan.

“Karena pemerintah pasti akan menjadi back-up perusahaan ketika sudah terlanjur memberikan izin bahkan dalam proses-proses perizinan dan lain-lain, mereka bisa saja terlibat sesuatu yang tidak kita lihat dan duga, misalnya suap. Mereka jelas pasti akan membantu perusahaan,” jelas Jull.

Dari situlah, Jull merasa kepikiran. Dia bertanya-tanya, “Siapa yang akan menolong rakyat”, “Siapa yang akan lantang mengatakan jangan diambil hak hidup kami?” Pertanyaan-pertanyaan itulah yang kemudian membuat keputusannya bulat untuk berjuang.

“Bukan hanya orang yang hanya ada saat pendampingan, namun juga memenangan mereka. Jujur saja, waktu di Buyat itu, saya merasa buntu untuk mendapatkan bantuan,” tambahnya.

Beruntung masih ada orang baik di pemerintahan saat itu. Mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dan Mantan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid membantunya untuk dapat mengakses ambulans hingga mengirimkan Makanan Pendamping ASI (MPASI) ke puskesmas di sana.

Petinggi-petinggi di semua sektor termasuk sektor kesehatan, menurut Jull, dokter-dokternya banyak yang menjadi konsultan perusahaan hingga tingkat Puskesmas digaji belasan juta sebulan dan diberi fasilitas tambahan.

“Secara otomatis, menjadi lawan kita karena mereka akan terus-menerus menghadang. Saya kan tidak punya latar belakang pendidikan di bidang kesehatan, ditanya, ‘Jull, kamu tahu apa? Tidak tahu apa-apa, jangan bikin sensasi,'” terang Jull.

Jull mengisahkan, ada anak saat dibawa ke rumah sakit justru dikejar dan dicaci maki.

“Dikejar oleh kepala desa sampai pelosok-pelosok, misalnya. Saya bawa dokter ada nenek-nenek yang sudah tidak bisa gerak, badannya kaku, gatal, ga bisa ngapa-ngapain lagi, tapi tidak boleh sama kepala desa,” lanjut Jull.

Hal-hal seperti itu, Jull pandang sebagai kejahatan terorganisir yang dilakukan oleh negara dari tingkat paling tinggi hingga paling bawah.

“Itu semua karena ada uang dan mereka melihat sektor pertambangan adalah sektor yang bisa mendatangkan uang bagi orang-orang tertentu. Tetapi, dampaknya kemudian di Buyat, saya harus menangani seorang yang bekerja di bagian scrubber di perusahaan itu yang mengalami jantung koroner sampai dibawa ke RS Jantung Harapan Kita Jakarta,” katanya.

Jull dan rekan-rekannya membantu mencari donasi karena biayanya sangat mahal.

“Perusahaan tahu, dia sakit dan harus operasi, kemudian dikasih pesangon. Tapi, ternyata keluarganya alami gangguan kesehatan yang lain, istrinya kena kanker,” imbuhnya.

Uang pesangon itu tidak cukup, barang berharga pun dijual semua, kata Jull.

“Berarti hanya penderitaan yang ditinggalkan, di mana berton-ton limbah yang ada di laut, lalu menyebabkan karang bleaching, ikan-ikan benjol, daratan juga misalnya aliran arsenik yang tinggi sampai ke tempat air minum masyarakat, mulai dari sungai hingga sumur. Jadi, saya melihat, untungnya apa ya? Royaltinya kalau pun ke negara itu kemana dan berapa besar sih?,” pungkas Jull.

Topik: Aktivis Penolak TambangBuyatJull TakaliuangPT Newmont Minahasa Raya (PT MNR)PT Tambang Mas Sangihe (PT TMS)
Anatasia Wahyudi

Anatasia Wahyudi

POS LAINNYA

Ilhan Omar, Anggota Kongres Amerika yang Tetap Merasa Jadi Orang Biasa
Sosok

Ilhan Omar, Anggota Kongres Amerika yang Tetap Merasa Jadi Orang Biasa

1 Maret 2023
Sepak Terjang Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Pengganti Azyumardi Azra
Sosok

Sepak Terjang Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Pengganti Azyumardi Azra

15 Januari 2023
Rekam Jejak M Kuncoro Wibowo, Dirut Baru Transjakarta
Sosok

Rekam Jejak M Kuncoro Wibowo, Dirut Baru Transjakarta

12 Januari 2023
Bustan, Sosok Perempuan Pekerja Keras yang Tangguh
Sosok

Bustan, Sosok Perempuan Pekerja Keras yang Tangguh

22 Desember 2022
Mengintip Asal Muasal Sumber Harta Orang Terkaya di Dunia, Bernard Arnault
Sosok

Mengintip Asal Muasal Sumber Harta Orang Terkaya di Dunia, Bernard Arnault

17 Desember 2022
Ditunjuk Jadi MenPAN-RB, Begini Sepak Terjang Azwar Anas yang Sukses Memajukan Banyuwangi
Sosok

Ditunjuk Jadi MenPAN-RB, Begini Sepak Terjang Azwar Anas yang Sukses Memajukan Banyuwangi

7 September 2022
Lainnya
Selanjutnya
awan panas gunung merapi

Gunung Merapi Erupsi, Muntahkan Awan Panas Berpotensi Bahaya Sampai 7 Kilometer

Transaksi Finansial, Kewajiban (US$ Juta)

Transaksi Finansial, Kewajiban (US$ Juta)

TRANSLATE

TERBARU

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?
Sosial & Budaya

Sejarah Asal Usul Penggunaan Mukena dalam Sholat, Bolehkah Berwarna-Warni?

:: Thomi Rifai
27 Maret 2023

BARISAN.CO - Mukena merupakan salah satu busana yang sudah lama dipakai oleh kaum hawa, terutama para muslim wanita di Indonesia...

Selengkapnya
putra nabi muhammad

Putra-Putri

27 Maret 2023
Melemahnya Gerakan Sipil

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

27 Maret 2023
Kisah Umar bin Khattab Membantak Malaikat Munkar Nakir

Kisah Umar bin Khattab Membentak Malaikat Munkar Nakir di Alam Kubur

27 Maret 2023
Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

Mengenal Asal Muasal Sarung, Kain Serbaguna yang Menjadi Identitas Bangsa

26 Maret 2023
Lainnya

SOROTAN

Melemahnya Gerakan Sipil
Opini

Mengulik Melemahnya Gerakan Sipil dan “Student Movement”

:: Pril Huseno
27 Maret 2023

Melemahnya Gerakan Sipil

Selengkapnya
Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

Puasa, Zakat dan Transformasi Sosial

25 Maret 2023
pelarangan thrifting

Drama Pelarangan “Thrifting” Import

25 Maret 2023
Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

Timnas Israel Bertanding di Indonesia, Jokowi Gagal Jadi ‘Little Sukarno’

24 Maret 2023
Larangan ASN Buka Puasa Bersama

Larangan ASN Buka Puasa Bersama Tidak Konsisten dengan Narasi Pemulihan Ekonomi

24 Maret 2023
Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

Memangkas Reproduksi Kekerasan di Kampus Islam

22 Maret 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang