Scroll untuk baca artikel
Berita

Awalil: Pertumbuhan Ekonomi 8% dalam RPJMN 2025-2029 Dinilai Tidak Realistis

×

Awalil: Pertumbuhan Ekonomi 8% dalam RPJMN 2025-2029 Dinilai Tidak Realistis

Sebarkan artikel ini
Pertumbuhan Ekonomi 8%
Presiden Prabowo Subianto/Foto: Fb @PrabowoSubianto

Target ini dinilai terlalu tinggi karena mensyaratkan intensitas pembangunan infrastruktur yang jauh lebih besar dibanding era pemerintahan Jokowi.

Padahal, dalam periode 2011-2024, rata-rata pertumbuhan sektor ini hanya 5,17%, dan dalam tiga tahun terakhir turun menjadi 4,65%.

Pada sektor perdagangan, RPJMN menargetkan pertumbuhan dari 4,96% pada 2025 menjadi 7,00% pada 2029.

Namun, sektor ini lebih merupakan konsekuensi dari pertumbuhan sektor lain, bukan pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Jika sektor-sektor utama seperti pertanian, industri pengolahan, konstruksi, dan pertambangan tidak mencapai target, maka pertumbuhan sektor perdagangan juga berisiko tidak tercapai.

Dari sisi pengeluaran, RPJMN juga menetapkan target yang dinilai lebih sebagai harapan daripada strategi konkret. Misalnya, pertumbuhan konsumsi rumah tangga dipatok sebesar 5,14% pada 2025 hingga mencapai 7,27% pada 2029.

Namun, dalam periode pemerintahan Jokowi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tertinggi hanya mencapai 5,05% pada 2018, dengan rata-rata 4,30% pada 2011-2024. Dalam tiga tahun terakhir, angka ini hanya mencapai 4,90%.

“Apalagi dengan kondisi daya beli masyarakat yang terus menurun, target ini tampak sulit dicapai,” ujar Awalil.

Sementara itu, konsumsi pemerintah juga ditargetkan tumbuh cukup tinggi, dari 6,66% pada 2025 hingga 8,49% pada 2029. Padahal, pertumbuhan rata-rata konsumsi pemerintah pada 2011-2024 hanya 3,21%, dan dalam tiga tahun terakhir hanya 1,74%.

“Pada 2024, pertumbuhan konsumsi pemerintah memang naik hingga 6,61%, tapi itu karena efek dari Pemilu. Ke depan, dengan rencana efisiensi anggaran yang ketat, target pertumbuhan ini akan sulit tercapai,” jelas Awalil.

Lebih lanjut, target investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dalam RPJMN juga dinilai terlalu ambisius.

Pemerintah menargetkan investasi tumbuh 5,61% pada 2025 hingga mencapai 9,65% pada 2029. Padahal, selama periode 2020-2024, pertumbuhan investasi selalu di bawah 5%, dan dalam era Jokowi hanya pada 2017-2018 yang berhasil melampaui 6%.

“Secara rata-rata, pertumbuhan investasi selama 2011-2024 hanya 4,66%. Tanpa perubahan kebijakan yang drastis, target yang ditetapkan ini tampak tidak realistis,” kata Awalil.

Secara keseluruhan, Awalil menilai bahwa dokumen RPJMN 2025-2029 tidak menyajikan skenario yang jelas dan meyakinkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.

Narasi dalam dokumen tersebut dinilai normatif dan lebih banyak diisi dengan harapan tanpa dukungan strategi konkret yang dapat memastikan pencapaian target.