Scroll untuk baca artikel
Sastra

Bagai Bangkai – Puisi Ilham Nuryadi Akbar

×

Bagai Bangkai – Puisi Ilham Nuryadi Akbar

Sebarkan artikel ini
puisi bagai bangkai
Ilustrasi

Bagai Bangkai

Kau berlayar mengunjungi lubang-lubang kumbang
berkubang di ladang moyang
mengajari leluhur cara sembahyang, berladang, berdagang
tapi kali ini, kau pinta ilmu perang
jadi pengarang atas kisah juang
nun dari tanah seberang.

Bagimu,
kesedihan hanya bangkai,
yang tak lagi wangi bagi seekor lalat.

Sedang rasa takut,
tandas kau hibah,
ke hadirat Tuhan.

Pematangsiantar, 9 Mei 2025.

Simpang Kertas

Dari telapak daun itu, kau dengar seorang gadis menangis ritmis
di punggung ibunya yang lesi.
Dan kau hitung berapa banyak luka maujud
pada tubuh yang namanya
tak sempat kau hafal.

Pun hujan yang mencuat dari matamu
kau tafsir sebagai musim pemanggil yatim
sedang buka buku tua merah yang tumbuh di ranting jalan
telah kau yakini serupa khurafat
yang tak pernah
menulis nerakamu.

Barangkali, pengembaraanmu hanya darah
haram mengering.

Pematangsiantar, 9 Mei 2025.

Melalui Mulut Ular

Wahai leluhur
di negeri ini
kami memekik melalui mulut ular
mengadu pada Tuhan di tengah waktu yang patah
dan menambang seribu liang
makam keadilan.

Hutan-hutan tak lagi meminang kabut,
tanah subur enggan disebut ladang,
kulit-kulit kayu tak sempat berulang tahun.
Di sini tiada lilin penerang
mana mungkin kitab kemiskinan akan rampung
meski kami tahu, yang kami tulis
sekadar kabar
tak ingin didengar
para pembesar.

Pematangsiantar, 9 Mei 2025.

Mendaur Ulang

: Friedrich Wilhelm Nietzsche

Hidup serupa debu yang bertapa di atas seekor ular
waktu laiknya ibu yang menunggu jemuran kering
dan pengulangan adalah derita
sesekali dikemas puitik
sering kali meranggas—licik.

Mati hanya nafsu yang terjerembab pada dua kubu
meminta masa dahulu
kenapa dahulu, aku lupa meminta.

Pematangsiantar, 9 Mei 2025.

Seribu Hari di Tanganku

Aku meletak namamu di rahim doa paling ranum
menghantam langit dengan mantra itu-itu saja
terlampau sungguh akan perempuan
alpa kepada Tuhan.

Celakalah seribu hari di tanganku
yang karenamu
aku lupa—siapa penciptamu.

Pematangsiantar, 9 Mei 2025

Ilham Nuryadi Akbar; lahir di Banda Aceh, puisinya dimuat pada beberapa media lokal dan nasional seperti: Koran Tempo, Republika.id, Suara NTB, Koran Radar Banyuwangi, Omong-omong.co, Sastramedia, Lensasastra, Harian Rakyat Sultra, Sumenep.news, ideide.id, Literasikalbar, Riau Sastra, Litera.co, dll.
Nama : Ilham Nuryadi Akbar
Instagram : ilhamfellow