BARISAN.CO – Isu rasisme seakan tak pernah kehabisan bahan bakar. Isu ini ada di sana, tepat di tengah cara dunia bermasyarakat, dan hampir setiap saat muncul dalam pemberitaan media dengan bentuknya yang paling mengusik hati nurani.
Kasus yang menimpa George Floyd di Amerika Serikat, yang menimbulkan sentimen rasial, yang memicu konflik antarmasyarakat, yang menyebabkan aksi demo dan kericuhan dan penjarahan, kini bergeser kepada sentimen anti-Asia.
Kasus rasisme kali ini menyebar setelah terjadi penembakan yang menewaskan delapan orang, termasuk enam perempuan keturunan Asia, yang terjadi di Kota Atlanta. Pelaku penembakan menyebarkan kebencian dengan menuduh orang-orang Asia sebagai penyebab virus corona.
Tapi rasisme bukan hanya menjadi racun di Amerika. Di tanah air, kasus rasial juga sering dialami terutama warga Papua. Pemain PSM Makassar, Patrich Wanggai, hanyalah satu dari sekian untuk disebutkan. Wanggai menerima ujaran rasis oleh oknum suporter sepak bola tanah air.
Apakah rasisme bisa enyah dari cara kita bermasyarakat? Di sinilah sebenarnya peran pendidikan. Terutama pendidikan di dalam rumah. Peran orang tua di rumah sangat dibutuhkan untuk mendidik putra putrinya agar dapat menghargai perbedaan, dan memandang setiap manusia itu sama, tanpa harus mengelompokan suatu golongan berdasarkan ras, suku, warna kulit, dan agama.
Maka dari itu, orang tua harus mengetahui hal apa yang dapat dilakukan dalam mengedukasi anak-anaknya, berikut adalah cara mendidik anak agar tidak membenci seseorang berdasarkan ras.
Jangan Singgung SARA saat bicara dengan anak
Ilustrasi: AFP
Pada saat anak telah mengerti cara berhubungan sosial dengan masyarakat di sekitarnya, ada baiknya para orang tua tidak menyinggung atau menggunakan kata-kata yang mendiskreditkan suatu ras atau agama tertentu.
Ada baiknya jika para orang tua menjelaskan bahwa manusia hidup beragam dan menjelaskan mengenai keragaman yang dimiliki tiap manusia. Anak-anak pada dasarnya akan belajar dari orang terdekat atau pengalamannya. Contoh yang riil adalah menjelaskan bahwa teman-teman dari si anak pasti memiliki latar belakang yang berbeda.
Menjadi contoh positif untuk anak
Ilustrasi: CNN
Hal yang paling dasar pada sifat anak adalah anak kerap kali mencontoh perilaku yang dilakukan oleh para orang tua, khususnya orang tua yang berada di rumah. Penting bagi orang tua untuk menunjukan sikap yang positif terhadap orang yang memiliki warna kulit berbeda, atau agama yang berbeda.
Tidak mendasarkan tindakan kepada SARA
Ilustrasi: wamu.org
Sebagai orang tua harus memberi informasi bahwa setiap tindakan yang dilakukan oleh suatu golongan, baik tindakan buruk maupun baik tidak dilandaskan oleh suatu golongan masyarakat tertentu. Orang tua lebih baik memberi informasi bahwa tindakan kejahatan/buruk itu pasti ada, namun tidak dapat dihubungkan dengan identitas masyarakat yang melakukannya, atau tidak membuat kalimat yang menyudutkan etnis, ras, atau agama tertentu.
Berani terbuka
Ilustrasi: heysigmund.com
Orang tua harus berani terbuka jika suatu saat anak menyinggung mengenai isu yang menyangkut SARA, di sini peran orang tua sangat penting, jika orang tua menyepelekan saat anak membahas isu seperti ini, anak-anak mungkin akan mencari tahu sendiri dengan risiko salah dalam mendapatkan informasi. Dan anak dapat berpikir bahwa isu mengenai SARA adalah isu yang buruk dan riskan membuat anak memiliki kesan yang buruk terhadap golongan masyarakat tertentu.
Sikap orang tua terhadap anak sangat memengaruhi bagaimana anak tersebut akan bertindak. Maka, berikanlah contoh yang baik terhadap anak agar anak-anak dapat pula mengimplementasikannya ketika bertemu dengan orang lain.