Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Bagaimana Orangtua Berperan dalam Mendorong Pembelajaran di Abad 21?

Redaksi
×

Bagaimana Orangtua Berperan dalam Mendorong Pembelajaran di Abad 21?

Sebarkan artikel ini

As a parent, we are the key to supporting, inspiring, and after all we’ll be a chief growth officers for our children.

Abad 21 sebagai abad yang menggambarkan perubahan masif di dunia industri dan teknologi informasi, bukan saja menarik perhatian kalangan teknokrat, saintis, ekonom, politisi, juga praktisi di dunia pendidikan dan kepengasuhan anak.

Karena setiap orangtua menginginkan kesuksesan anak-anak mereka di kehidupan yang kompleks saat ini, untuk meraih peluang terbaik, pendidikan yang relevan, praktis, agar mereka bisa sukses dalam proses pendidikannya.

Para orangtua harus mulai lebih memerhatikan dan menyadari, bahwa penguasaan kompetensi secara global sebagaimana para pakar pendidikan merumuskan beberapa keterampilan utama di abad 21 ini yang harus dikuasai oleh siswa; kreativitas, berpikir kritis, komunikasi, dan kolaborasi, hendaknya menjadi prioritas agar bisa diwujudkan lewat dunia pendidikan.

Para siswa saat ini juga harus kompeten secara global, cerdas secara digital, terlibat sebagai warga abad ke-21, dan menguasai konten secara mendalam tidak hanya untuk menguasai ujian akhir tahun, tetapi juga untuk ujian besar yang akan datang – setelah mereka lulus kuliah, mereka menemukan sejatinya “ujian” dalam hidup mereka untuk menjalani profesi tertentu.

Mengapa penting bagi para orangtua saat ini memahami dan mampu mendorong pembelajaran anak di abad 21 ini?

Keterampilan di abad 21 bisa jadi tidak cukup mudah untuk dikembangkan secara terintegrasi dalam proses pembelajaran di sekolah, karena perubahan paradigma berpikir memerlukan keberanian dan keseriusan menatap situasi yang riil. Kurikulum di sekolah nampak masih belum cukup signifikan melakukan transformasi untuk beriringan dengan apa yang disebut ‘disrupsi’.

Itu menuntut kemampuan dan keberanian berpikir ‘out of the box’. Melompat keluar dari pola yang selama ini membuat area pendidikan memiliki garis pemisah yang cukup tebal dengan area kehidupan global. Konsekuensinya peran serta akademisi dalam mempersiapkan sebuah perubahan yang masif dan bertanggungjawab harus lebih besar dan konsisten.

Maka keterlibatan berbagai pihak untuk memberikan kontribusi positif dan besar terhadap peran pendidikan anak tersebut mau tidak mau harus ada dan menjadi satu pola baru dalam mendampingi anak belajar di abad 21 ini, khususnya peran para orangtua.

Bagaimana peran orangtua untuk mendorong pembelajaran anak tersebut? Berikut beberapa hal yang bisa para orangtua lakukan:

  1. Memahami peran kewarganegaraan yang lebih baik di era global, dan menjadi role model bagi anak-anak tentang bagaimana menjadi warga negara, baik secara kehidupan nyata, maupun di kehidupan maya (netizen). Perbanyak melakukan dialog dengan anak tentang tanggung jawab kewarnegaraan, tanggung jawab individu dan bagaimana seharusnya bersikap di berbagai situasi.
  2. Lakukan praktik digital yang bertanggungjawab. Dunia digital, termasuk komunikasi berbasis digital yang memengaruhi hampir semua lini kehidupan adalah hal penting yang perlu orangtua perhatikan. Orangtua perlu memberikan penjelasan tentang cara berperilaku yang aman dan bertanggungjawab di kehidupan serba digital. Anak-anak harus memiliki literasi yang baik tentang dunia digital, seperti mampu menilai suatu berita yang diunggah lewat media sosial, memanfaatkan perangkat digital untuk kebutuhan sehari-hari dengan baik, mengerti etika bersosialisasi dan berkomunikasi secara digital. Pembelajaran di abad 21 kini sudah banyak terintegrasi dengan teknologi berbasis digital, oleh karenanya literasi digital adalah pelajaran penting meski tidak masuk secara khusus dalam kurikulum yang mesti orangtua dukung.
  3. Dorong anak untuk mengenal budaya lain, dan memahaminya dengan baik. Polarisasi berbagai pemikiran dan interaksi antar bangsa menarik kehidupan global ini kepada akulturasi budaya secara terbuka. Belajar di abad 21 akan dipengaruhi oleh berbagai perkembangan, bukan sekedar konten belajar, tapi juga cara belajar, adaptasi terhadap perubahan sosial, dan pesatnya perkembangan peralatan digital. Literasi budaya akan membantu anak-anak dengan segala perangkat yang ada, berkembang lebih baik dan siap beradaptasi dengan perubahan.
  4. Terlibat dalam aksi kolaboratif dengan sekolah. Orangtua perlu terlibat dalam sebuah kegiatan kolaboratif dengan sekolah dalam upaya mendorong terjadinya proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan abad 21. Kita telah memahami bahwa optimalisasi penanaman keterampilan abad 21 di sekolah masih sangat belum maksimal. Karena pola pendidikan yang berjalan sebagaimana disebutkan di atas belum banyak memfasilitasi pengembangan keterampilan abad 21 yang integratif dalam setiap aktifitas pembelajaran. Dengan terlibatnya orangtua untuk mendorong adanya kegiatan yang bisa dikolaborasikan dengan pembelajaran, maka upaya mendorong penguatan kepribadian anak sebagai warga abad 21 bisa terlaksana.
  5. Lakukan komunikasi yang intensif dengan guru agar bisa melibatkan berbagai kalangan dalam aktifitas pembelajaran, seperti mengundang tenaga ahli dalam kegiatan simulasi, menjalin kerjasama dengan instansi dan komunitas di luar sekolah, melakukan aktivitas bersama sepulang sekolah dalam bentuk social project.                     

Aktivitas orangtua yang memberikan dukungan secara aktif pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa pendidikan memang bukan sekadar kewajiban guru mengajar di kelas.

Pendidikan bukan hanya aktivitas formal menyiapkan peserta didik menguasai kompetensi pembelajaran dengan ukuran standar pencapaian hasil ujian. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama setiap unsur di dalam masyarakat dan warga negara secara umum agar mewujudkan pencapaian-pencapaian yang utama dari tujuan pendidikan itu sendiri.