Tikus mampu membawa penyakit dengan berbagai cara, seperti menampung parasit ke benda atau makanan yang digigitnya
BARISAN.CO – Bahaya tikus pada manusia tidak hanya mengancam dinding rumah dan perabotan rumah tangga. Namun ketika tikus sudah masuk ke rumah, tikus menjadi ancaman besar bagi kesehatan penghuninya.
Hewan kecil ini mampu membawa penyakit dengan berbagai cara, seperti menampung parasit ke benda atau makanan yang digigitnya. Begitu juga dengan rontokan bulu dan kotoran pada tikus yang tentunya sanga membahayakan.
Bahaya tikus ini telah mengancam sejak lama, tidak hanya mengancam dunia pertanian. Terlebih lagi dunia kesehata, di Eropa pada tahun 1300-an pernah menjadi wabah yang mematikan yang disebabkan kutu tikus.
Dalam pembahasan kami kali ini memang memfokuskan sisi lain bahaya yang ditimbulkan tikus kepada manusia, seperti halnya kejadian banjir bandang yang menimpa di berbagai daerah hingga menyisakan kisah kematian lantaran terinfeksi penyakit yang disalurkan oleh tikus.
Berikut adalah pemaparan seorang Sarjana Kedokteran Hewan IPB, Tri Umar Dhani, S.K.H tentang bahaya tikus pada manusia
“Sebenarnya kondisi antara tikus dan manusia itu termasuk tidak ada yang menguntungkan satu sama lainnya, bahkan tikus akan menjadi lebih berbahaya manakala tikus tersebut telah terjangkit bakteri leptospira karena bakteri ini bisa menyebabkan kematian pada manusia,” terang Tri Umar Dhani
Lebih lanjut, ia mengatakan selain bakteri leptospira itu sendiri juga ada bakteri atau virus lain yang paling sering merugikan manusia.
Seperti penyakit Pes, penyakit pes merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Yersinia pesti, sering dibawa oleh hewan pengerat (tikus-red) dan kutu.
Pada abad pertengahan, jutaan orang di seluruh Eropa meninggal karena wabah yang diakibatkan oleh kutu tikus yang banyak terdapat di rumah-rumah dan perkantoran. Di negara-negara Asia Tenggara kutu carrier plague (pes) adalah Xenophylla astia.
Penyakit ini menular lewat gigitan kutu tikus, gigitan/cakaran binatang yang terinfeksi plague, dan kontak dengan tubuh binatang yang terinfeksi.
“Biasanya gejala orang yang terjangkit pes akan mengalami: Demam, muntah, diare, kondisi bulu yang buruk, lidah membengkak, luka pada mulut (sariawan), dan terdapat kotoran pada mata,” terangnya.
Lanjut Umar untuk penyakit lainnya ada Toxoplasmosis yaitu penyakit yang disebabkan oleh parasit yang bernama toxoplasma.
Toxoplasma gondii adalah salah satu spesies protozoa uniseluler yang berbentuk kokus (bulat-red) dan obligat intraseluler (perlu bantua sel lain untuk berkembang).
Kucing adalah hospes definitif dari protozoa ini, sedangkan spesies makhluk hidup lain, seperti burung, tikus, kambing, babi, termasuk manusia merupakan hospes perantara.
Stadiumnya ada tiga, yaitu ookista, takizoit, dan kista/bradizoit. Ketiganya adalah bentuk infektif yang bisa menginfeksi manusia.
Dalam hal ini terdapat tiga tahap dalam patogenesis toxoplasma. Pertama adalah parasitemia (ditemukan toxoplasma dalam darah) yang merupakan fase akut, yaitu sekitar satu minggu pasca infeksi.
Kedua, terjadi respon imun humoral seperti IgA, IgM, IgG, dan komplemen dan juga terjadi respon imun seluler berupa makrofag dan sitokin.
Tahap ketiga adalah pembentukan kista dalam sel yang sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi (aktif kembali).
Sedangkan leptospirosis adalah bakteri dari tikus yang paling berbahaya bagi manusia, penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang disebut leptospira.
Penyakit ini termasuk salah satu penyakit zoonosis karena ditularkan melalui hewan atau binatang.
Di Indonesia, hewan penular terutama adalah tikus, melalui kotoran dan air kencingnya. Pada musim hujan, terutama saat banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri.