Kalau yang dipermasalahkan infografis, sebenarnya yang dimaksudkan adalah infografis banjir-banjir besar dari tahun ke tahun. Itu kan awalnya adalah infografis untuk tahun lalu ketika hujan ekstrim mencapai 377 mm/hr.
Untuk infografis tahun ini, infografis tahun lalu itu kemudian ditambahkan data tahun ini. Simpel saja alasannya. Sebab tahun ini hujannya kan juga ekstrim mencapai curah hujan tertinggi 226 mm/hari. Tak ada niat menutupi karena publik juga akan selalu bisa melihat data aselinya di Pantau Banjir secara langsung dan bisa membandingkannya sendiri.
Di Jakarta pada setiap tahun ada 2 bulan musim hujan, data detailnya bisa dilihat di portal Pantau Banjir Jakarta. Data yang saya rekap di bawah ini hanya mengambil data tertinggi dari masing-masing tahun yaitu curah hujan tertinggi, RW terdampak tertinggi dan jumlah pengungsi terbanyak. Sengaja saya rekap agar kita bisa melihat perbandingan dampak banjir dari tahun ke tahun.
Melihat data kita bisa tahu ada perbaikan dalam penanggulangan banjir saat ini. Tahun 2020 lalu kita di Jakarta mengalami hujan paling ekstrim dengan curah hujan tertinggi 377 mm/hari. Namun demikian, dampak banjir paling parah justru terjadi di tahun 2014. Tahun di mana banjir menggenang hingga 20 hari baru surut, tahun lalu 4 hari sudah surut. Ada 615 RW tergenang, bandingkan tahun lalu yang hanya 581 RW. Jumlah pengungsi mencapai 122.417 orang, tahun lalu hanya 3.311 orang. Padahal tahun 2014 itu curah hujan tertinggi hanya mencapai 284 mm/hari.
Tahun 2021 ini curah hujan juga cukup ekstrim dengan curah hujan tertinggi mencapai 226 mm/hari. Bandingkan dengan tahun 2017 yang mana curah hujan tertinggi hanya mencapai 179.7 mm/hari. Tetap saja tahun 2021 jauh lebih terkendali. Wilayah tergenang lebih kecil (113 vs 216), jumlah pengungsi lebih kecil (5.858 vs 3131), banjir surut jauh lebih cepat (1 hari vs 5 hari). Ada perbaikan signifikan.
Pasti nanti ada yang bertanya, memangnya apa yang dilakukan Anies? Saya pernah menuliskannya di twitter dan FB soal ini. Tidak luar biasa, Anies hanya bekerja giat memaksimalkan struktur dan infrastruktur yang ada. Plus dengan beberapa program tambahan. Pekerjaan telah dilakukan sejak awal tahun lalu. Sebanyak 23 waduk dikeruk, 93 lokasi sungai dikeruk, 390 saluran dikeruk dan dibersihkan. Sepanjang 12.6 km tanggul pantai dibangun dan sebagainya.
Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta juga telah menyiapkan 487 pompa stationer di 178 lokasi, 175 pompa mobile di lima wilayah, 257 alat berat, 465 dump truck, 36 pintu air, dan 8.101 personel (Pasukan Biru).