Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Banjir Rob Akan Menjadi Fenomena Abadi di Pesisir Utara Jawa

Redaksi
×

Banjir Rob Akan Menjadi Fenomena Abadi di Pesisir Utara Jawa

Sebarkan artikel ini

Setidaknya ada empat faktor, jika faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan, maka banjir rob akan menjadi fenomena abadi di pesisir utara Jawa.

BARISAN.CO – Banjir rob bukan fenomena baru di pesisir utara Jawa. Kejadian ini menurutnya, telah terjadi berpuluh-puluh tahun lampau hingga kini.

Demikian disampaikan Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsoed Yanto,Ph.D, dikutip dari matamatanews.com, Jumat (27/5/2020) menanggapi banjir rob yang terjadi di kawasan pesisir Jawa Tengah meliputi Pantai Tegal, Pekalongan, Pantai Batang, Pantai Kendal, kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, jalur Pantura Semarang-Demak, Pantai Demak, hingga Pantai Rembang.

Menurut pakar Hidrologi Unsoed ini ada beberapa faktor yang menyebabkan intensitas dan ketinggian banjir rob terus meningkat. Dan jika faktor-faktor tersebut tidak dikendalikan, maka banjir rob akan menjadi fenomena abadi di pesisir utara Jawa.

“Setidaknya ada 4 (empat) faktor utama yang memungkinkan abadinya banjir rob di pesisir Jawa,” terang Alumni Doctor of Philosophy, Civil Environmental and Architectural Engineering, University of  Colorado at Boulder, USA.

Menurut Yanto, keempat faktor tersebut pertama, fenomena pasang surut yang merupakan siklus 15 harian akibat interaksi bulan dan bumi. Jika terjadi pasang naik, maka air laut akan masuk ke daratan dan menyebabkan banjir rob.

Kedua, meningkatnya debit banjir pada muara sungai-sungai besar di pesisir utara Jawa akibat hujan deras dan rusaknya kawasan hulu di beberapa daerah aliran sungai di Jawa sebagai konsekuensi berubahnya tata guna lahan dan menurunnya fungsi konservasi lingkungan.

Ketiga, fenomena perubahan iklim yang telah ditandai dengan meningkatnya frekuensi kejadian hujan ekstrim, yaitu hujan dengan intensitas yang sangat tinggi. Sebagai contoh adalah hujan ekstrim sebesar 377 mm pada awal tahun 2020 di Jakarta.

Keempat, turunnya permukaan tanah pesisir akibat pengambilan air tanah secara berlebihan sebagai akibat tidak terpenuhinya kebutuhan air domestik menggunakan air permukaan.

Yanto, Ph.D
Yanto, Ph.D

Yanto menjelaskan berapa faktor di atas tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Pasang surut misalnya. Namun, sebagian besar faktor tersebut dapat dikelola dan direncanakan upaya perbaikannya. Bahkan, ada beberapa faktor yang munculnya merupakan akibat dari ulah manusia. Perubahan tata guna lahan contohnya.

“Untuk mengurangi atau menghilangkan sama sekali banjir rob di pesisir utara Jawa, faktor-faktor tersebut harus dikelola sebagai bagian dari upaya mitigas bencana banjir rob. Sebagai misal, banjir daratan yang berasal dari daerah aliran sungai dapat dikelola dengan beberapa upaya seperti konservasi daerah aliran sungai di bagian hulu, pembangunan bendung dan waduk pengendali banjir di sepanjang aliran sungai dan konservasi air tanah di wilayah perkotaan,” imbuhnya.