BARISAN.CO – Fenomena penurunan permukaan tanah belakangan ini kembali menjadi bahan perbincangan setelah Presiden Amerika Serikat, Joe Biden mengeluarkan pernyataan yang memprediksi Jakarta tenggelam pada tahun 2030 mendatang.
Ahli hidrologi Universitas Jenderal Soedirman, Yanto, Ph.D, memberikan saran dalam menghadapi fonemena tersebut, salah satunya dengan membangun tanggul.
“Ada banyak teknologi yang dapat diterapkan sebagai upaya mitigasi terhadap potensi bencana akibat penurunan tanah tersebut. Salah satunya tanggul. Namun, dibutuhkan teknologi yang lebih bervariasi karena kompleksitas permasalahan akibat penurunan muka tanah tersebut,” kata Yanto kepada tim Barisan.co.
Meski demikian, lanjut Yanto, tanggul juga memiliki kekurangan. Lulusan S3 Universitas Colorado itu memaparkan, meski tanggul mampu mencegah air laut masuk ke daratan secara langsung, namun tidak bisa mencegah air yang masuk melalui kanal dan sungai.
“Oleh karena itu diperlukan tata kelola air yang lebih baik guna mengatur pergerakan air dari laut ketika pasang dan dari gunung ketika banjir. Terlebih lagi jika banjir dan pasang air laut datang secara bersamaan,” lanjut Yanto.
Yanto pun memberikan alternatif lain yaitu dengan mengoperasikan pintu air didasarkan pada pergerakan air laut dan air sungai secara real time.
“Pemerintah perlu bekerja sama dengan lembaga riset untuk mengatasi penurunan permukaan tanah. Selanjutnya ialah adanya anggaran khusus untuk melakukan riset yang dialokasikan dari skema kerja sama antar pemerintah daerah,” tambah Yanto.
Inisiator Water Seminar itu menegaskan Gubernur Anies Baswedan dapat memainkan peran penting untuk mengkoordinasikan kerja sama tersebut.
Seperti diketahui, tahun 2022 menjadi akhir jabatan Anies Baswedan sebagai gubernur Jakarta. Sehingga Yanto menyebut jika Anies perlu sesegera mungkin memulai kesepakatan kerja sama dengan pemerintah di provinsi lainnya.
“Hal ini upaya untuk meletakkan peta jalan mitigasi bencana akibat penurunan tanah dan kenaikan muka air laut,” pungkas Yanto. [rif]