Orang tua terkadang kurang menyadari bahwa semua anak terlahir pintar. Untuk itu, BEM akan menggelar diskusi hybrid bertema Peran Emak Agar Anak Makin Pintar pada Rabu, 23 Februari 2022 mulai pkl 09.00 WIB.
BARISAN.CO – Kata “pintar” merupakan istilah paling sentral dalam perbincangan sehari-hari tentang pendidikan anak. Sayangnya, pengertian pintar kadang menjadi kurang jelas atau tersamarkan dalam perbincangan. Biasanya menjadi lebih sempit dari makna sesungguhnya yang terkandung pada kata tersebut.
Namun, masih banyak orang yang keliru membedakan makna cerdas dan pintar. Perbedaan mendasar di antara keduanya yakni pintar adalah status yang diperoleh atau sifat yang diperoleh oleh seseorang dengan belajar sedangkan cerdas adalah sifat yang dimiliki sejak lahir.
Kata pintar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi daring dijelaskan dalam tiga arti. Pertama diartikan sebagai pandai atau cakap. Kedua, diartikan sebagai cerdik, banyak akal. Ketiga, mahir (melakukan atau mengerjakan sesuatu).
Ada pun karakteristik orang yang pintar cenderung diantaranya adalah memiliki pemikiran cepat dalam bertindak atau menemukan keputusan terbaik dalam situasi apa pun. Sedangkan, karakteristik lainnya yaitu mereka berpikir sebelum bertindak, menggunakan peluang dengan bijaksana, memiliki selera humor yang baik, dan selalu berpikir out of the box serta tidak takut berpikir dengan cara berbeda.
Dengan demikian, anak pintar jauh lebih luas dari soalan nilai pelajaran sekolah, atau keberhasilan memenangkan lomba sains dan karya ilmiah. Mencakup pula prestasi di bidang seni, olahraga, dan pengembangan diri anak di berbagai bidang lainnya.
Masyarakat masih banyak yang berpandangan bahwa “pintar” bersifat genetis. Adanya bakat turunan dari orang tua atau pihak kakek neneknya. Padahal, berbagai penelitian dan fakta sehari-hari yang tampak lebih menentukan adalah faktor pendidikan. Begitu juga, faktor pendidikan terpenting ternyata adalah peran orang tua dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak hasil penelitian yang menyatakan kapasitas otak manusia sebenarnya tidak pernah dipakai secara penuh. Dengan kata lain, andai faktor genetis hanya memberi kapasitas tertentu pada otak seorang anak, masih terbuka lebar kesempatan menjadikannya pintar. Proses belajar yang giat dan benar akan membuatnya mampu mengoptimalkan sebagian besar potensi dirinya.