Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Belajar Pada Martin

Redaksi
×

Belajar Pada Martin

Sebarkan artikel ini

Tidak anehlah, Martin menjadi lawan tanding yang sebanding Goenawan Mohamad. Meski beda generasi yang amat jauh. Dan, saya membayangkan seorang Goenawan Mohamad langsung geleng-geleng melihat kecanggihan berpikir Martin Suryajaya.

Saya bayangkan, lantas Goenawan Mohamad berinai air mata, bahwa masa depan intelektual negeri ini tidak seburam seperti yang dikhawatirkan banyak kalangan. Esais terkemuka itu patut berbahagia, akhirnya, bahwa usahanya untuk menjaga nalar kritis, dengan ketekunannya menerbitkan Catatan Pinggir bergayung sambut, dan bahkan langsung menjulang ke ketinggian langit tujuh.

Walau memang, kedua sosok beda generasi ini tampak berseberangan. Namun, saya tetap melihat di kedalaman nalar jernih keduanya, mereka saling menyapa, saling menghormat.

Martin, sebagaimana peran yang telah dimainkan Dr. Fahruddin Faiz, turut mengakrabkan filsafat ke telinga kita yang awam akan induk ilmu. Kefasihannya berfilsafat berhasil meruntuhkan tembok tebal yang selama ini mengurung ruang filsafat. Filsafat menjadi dekat ke semua kalangan. Filsafat tidak hanya menjadi privilese mahasiswa dan akademisi Fakultas Filsafat.

Fahruddin Faiz rutin menyelenggarakan “Ngaji Filsafat”, pun Martin berceramah singkat materi filsafat di chanel YouTube-nya. Kedua filsuf itu, saya andaikan lagi merintis keberadaan Republik Literasi di negeri ini. Keduanya mengangkat gagasan-gagasan besar para tokoh filsafat dari pelbagai belahan, Timur maupun Barat.

“Literasi merupakan kesediaan atau apresiasi terhadap cara atau kebudayaan orang lain. Kita membaca buku, menonton film, dan seterusnya itu menandakan sikap terbuka, merasakan dan mengerti ada yang lain di luar kita. Nah, sikap terbuka mengapresiasi keanekaragaman itulah spirit literasi.” Jelas Martin di sebuah diskusi online Aksi Literasi.

Syahdan, saya benar-benar takjub, dan wajib belajar kepada Martin, Martin Suryajaya lengkapnya. [Luk]