Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Beratnya Beban Menjadi Ibu Rumah Tangga

Redaksi
×

Beratnya Beban Menjadi Ibu Rumah Tangga

Sebarkan artikel ini

Beberapa tugas ibu rumah tangga ialah mengelola keuangan dan waktu, mengatur pengeluaran bulanan, menjaga agar rumah tetap bersih, dan mendidik anak-anak. Lelah, pasti pernah mereka rasakan. Namun, apakah mereka pernah mengeluh? Rasanya tidak.

BARISAN.CO – Belum lama ini, saya membaca tulisan di Facebook Kang H Idea. Dia menulis alasannya mau membantu istri dalam mengurus pekerjaan rumah tangga karena kemanusiaan.

Menurutnya, sebagai manusia, dia tidak akan sangggup berdiam diri ketika ada orang lain bekerja menyelesaikan masalah yang merupakan kebutuhan bersama.

Dia bahkan mengungkapkan, sekali pun istrinya sedang kesal, dia akan tetap membantu. Saat lelah, dia pijat dan saat sakit, dia akan rawat. Dia membantu bukan karena terlalu bucin dengan istrinya, namun dia menganggap sebagai manusia sudah seharusnya tergerak untuk turut membantu, kecuali kalau kita ini bingkai bernyawa.

Tulisan sederhana itu begitu menggetarkan. Terlebih, beberapa orang menyepelekan pekerjaan ibu rumah tangga. Mereka dianggap tak mengerjakan apa-apa. Padahal, sebenarnya pekerjaan mereka itu paling rumit di dunia. Terlebih, harus mendedikasikan waktu 24 jam sehari bekerja bagi keluarganya.

Selain membagikan kasih sayang, ibu rumah tangga juga harus berkomitmen dan mengatur semuanya tetap terkendali, termasuk soal keuangan.

Bayangkan saja, saat kita makan satu kali di restoran bisa menghabiskan Rp200.000, namun ibu rumah tangga bisa mengolahnya menjadi berbagai hidangan untuk beberapa kali makan untuk satu keluarga. Hebat, bukan?

Beberapa tugas ibu rumah tangga ialah mengelola keuangan dan waktu, mengatur pengeluaran bulanan, menjaga agar rumah tetap bersih, dan mendidik anak-anak. Lelah, pasti pernah mereka rasakan. Namun, apakah mereka pernah mengeluh? Rasanya tidak.

Mereka yang memilih menjadi ibu rumah tangga sesungguhnya berjiwa besar. Mari kita mulai berhitung.

Seorang IRT menghabiskan waktu lebih banyak untuk bekerja. Saat anggota keluarga yang lain masih tidur, dia sudah terbangun untuk mengerjakan tugas rumah tangga termasuk menyiapkan sarapan.

Setiap hari, mereka membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan memasak. Saat kita memanggil jasa kebersihan, untuk dua jam dikenakan tarif misalnya Rp60.000. Mencuci pakaian di laundry, perkilonya Rp6.000. Makan di luar minimal Rp15.000. Coba dikalikan dengan berapa banyak waktu yang dihabiskan IRT untuk membersihkan rumah, berapa kilo baju yang dicuci olehnya, dan berapa kali ia memasak. Untuk tiga tugas itu saja, jika dia bekerja di luar bisa menghasilkan lebih dari UMR Jakarta. Belum lagi, tugas memberikan pendidikan kepada anak-anak. Tidak bisa dihitung dengan nominal angka.

Belakangan ini, perempuan berpendidikan tinggi pun dipandang rendah jika memutuskan untuk bekerja sebagai ibu rumah tangga. Namun, tahukah kamu bahwa perempuan berpendidikan tinggi itu justru dapat memberikan lebih banyak ilmu yang diajarkan, lebih memotivasi, dan lebih sensitif terhadap minat dan bakat anak-anaknya.

Dan, kalian masih ada yang menganggap remeh pekerjaan mulia ini? Kalian mungkin belum mencobanya. Sekali-kali cobalah bertukar peran agar merasakan betapa beratnya tugasnya.

Kemendikbud bahkan sempat membuat vlog berjudul “Tukar Tempat“. Yang pada akhirnya, si suami kelelahan harus bertukar tempat dengan istrinya.

Mereka yang memilih menjadi IRT bukan karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghasilan di luar. Akan tetapi, mereka lebih memilih untuk mendedikasikan hidupnya bagi keluarga. Maka, jangan sekali-kali menganggap remeh pekerjaan ini.

Mereka yang memilih menjadi IRT bukan karena mereka tidak memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghasilan di luar. Akan tetapi, mereka lebih memilih untuk mendedikasikan hidupnya bagi keluarga. Maka, jangan sekali-kali menganggap remeh pekerjaan ini. [rif]